Maluku Utara, Ruangenergi.com – Upaya memantau perkembangan pembangunan infrastruktur di Ibukota Sofifi, Maluku Utara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, melakukan peninjauan langsung terhadap pembangunan infrastruktur tersebut dan juga mendatangi aktivitas peleburan nikel (smelter) PT Indonesia Weda Bay Industrial Park dan Halmahera Persada Lygen, Pulau Obi.
Kunjungan menko Luhut tersebut menindaklanjuti rapat koordinasi (rakor) tingkat menteri yang dipimpin olehnya pada Rabu (02-06-2021) lalu. Luhut kembali mengadakan rakor yang dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Ibukota Sofifi, Maluku Utara dengan didampingi oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian; Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi; Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan A. Djalil, dan Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba, serta pemimpin daerah dari berbagai instansi di Maluku Utara, pada Selasa (22-06-2021).
Pasalnya, Sofifi ditetapkan sebagai ibukota sejak tahun 1999 berdasarkan Undang-undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Akan tetapi, Sofifi menghadapi permasalahan sebagai ibukota provinsi karena tidak adanya kepastian administrasi pemerintahan dan tidak lengkapnya sarana dan prasarana di Ibukota Sofifi.
“Hari ini kita akan membahas tentang pengembangan Kota Baru Sofifi sebagai (major project) amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, juga pembangunan infrastruktur di daerah sekitarnya,” jelas Luhut secara virtual.
Adapun tujuan kunjungan ini yaitu untuk melihat kondisi infrastruktur Sofifi yang kendati telah ditetapkan sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara sejak tahun 1999, tetapi masih mengalami berbagai kendala.
Oleh karena itu, pengembangan Kota Baru Sofifi dimuat dalam (major project) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Melalui amanat tersebut, Sofifi ditargetkan mampu berperan sebagai pusat kegiatan skala provinsi, baik untuk kawasan perkantoran, kawasan komersil skala kota, dan kota jasa.
Selain itu, Ibukota Sofifi juga diharapkan dapat menjadi simpul transportasi regional dengan moda dan jaringan (smart infrastructure) yang terpadu, termasuk sebagai pintu masuk utama transportasi laut di Maluku Utara.
“Pembangunan infrastruktur perumahan dan infrastruktur dasar juga diperlukan supaya Ibukota Sofifi tidak bergantung ke wilayah lain, seperti ke Halmahera,” ungkap Menko.
Sementara, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, dalam rapat tersebut mengatakan bahwa pengembangan Kota Sofifi ini bisa dibilang tanggung karena belum semua pemerintahan vertikal dipindah.
“Ini membuat situasi pemerintahan kurang begitu stabil dan nyaman sehingga juga berdampak pada proses pembangunan,” paparnya.
Menurutnya, pembangunan-pembangunan ini menjadi penting untuk mewujudkan visi Maluku Utara yang sejahtera.
Kemudian, Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba, mengungkapkan soal pembangunan infrastruktur di Ibukota Sofifi.
“Misi nomor 2 provinsi kami adalah mengakselerasi pembangunan infrastruktur, konektivitas, dan pengembangan wilayah,” jelasnya.
Diakhir sambutannya, Luhut memutuskan bahwa selama setahun ini akan dibangun infrastruktur pendukung di Sofifi, baik kantor, rumah, sekolah, dan fasilitas lainnya.
“Apabila sudah berjalan dengan baik, setelah itu baru kita tentukan wilayah ini akan memiliki istilah otonomi khusus atau ibukota saja,” imbuhnya.
Di mana, keputusan ini pun disetujui oleh seluruh pihak yang hadir dalam rapat, diikuti dengan tepuk tangan dari para peserta.
Selain itu, Luhut beserta rombongan meninjau pembangunan infrastruktur penunjang Ibukota Sofifi, seperti rusunawa dan rumah bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).