Jakarta, Ruangenergi.com – Masa jabatan M. Fansrullah Asa sebagai Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) akan segera berakhir, seiring dengan terpilihnya Kepala dan Anggota Komite BPH Migas periode 2021-2025.
Selama diberikan kepercayaan menjalani tugas negara menjadi Kepala BPH Migas, Ifan sapaan akrabnya Kepala BPH Migas diakhiri kepemimpinannya menerbitkan satu buku. Ia mengatakan, buku ini untuk menjadi satu tradisi baru.
“Selama saya menjadi Kepala BPH Migas, 4 tahun lebih, satu tahun satu buku. Buku itu bekerja untuk keabadian, semua yang kita raih atau capai dengan team work tentunya akan hilang musnah dalam sejarah pada saat tidak mampu kita tuangkan dalam satu buku,” katanya, dalam sambutannya peluncuran buku “Energi Untuk Kemandirian & Talang Emas Hilir Migas”, Jumat, (30/07).
ia menjelaskan, sekarang jamannya jaman milenial, semua bisa berdiskusi tentang migas, energi, melalui Group WA (WhatsApp), tapi pertanggungjawaban secara intelektual, secara akademis by data.
“Buku ini, Insya Allah, dengan pengalaman saya hampir 30 tahun di sektor migas dan hampir 10 tahun saya menjadi Komite dan Kepala BPH Migas, saya siap jika nanti ada kajian-kajian, dialektika kritis untuk menatap Indonesia kedepan yang lebih baik di sektor energi kita,” paparnya.
“Isi buku tentang Energi Untuk Kemandirian adalah buku yang mencerminkan atau menjelaskan apa yang telah kami capai selama ini dengan kolaborasi, tidak hanya BPH Migas, tapi ada sektor lainnya baik itu Pemerintahan (Kementerian ESDM, Kementerian BUMN), begitu juga badan usaha (Pertamina), badan usaha swasta yang jumlah mencapai ratusan perusahaan serta masyarakat. Dengan Tusi BPH Migas yang dikawal dalam komite kami yang berjalan secara independen, Alhamdulillah, itu sudah kami laksanakan semaksimal mungkin, semampu mungkin dengan tetap menjaga integritas dan profesionalisme kami sebagai komite,” imbuhnya.
Menurutnya, dengan batasan waktu yang telah terselesaikan ini masih banyak catatan, visi, ide-ide besar yang akan disampaikannya untuk kepentingan sektor hilir migas Indonesia.
“Dengan buku yang memiliki enam (6) bab itu, menjelaskan apa saja yang mesti kita bangun dikaitkan dengan hilir migas ke depan, sehingga sektor energi ini betul-betul bisa kita kawal dengan baik khususnya di bidang hilirisasi minyak dan gas bumi,” bebernya.
Dalam acara peluncuran buku Energi Untuk Kemandirian dan Talang Emas Hilir Migas ini, BPH Migas mengundang Menteri ESDM periode 2016-2019, Ignasius Jonan, sebagai narasumber.
“Saya merasakan dengan Pak Ignasius Jonan ini, hubungan simbiosis mutualistik antar BPH Migas dengan Kementerian ESDM. Komunikasi yang mengedepankan saling menjaga Tusi, menjaga aturan main itu tetap terjaga, tetapi prinsip-prinsip tidak saling intervensi luar biasa di jaga jaman pak Jonan,” urainya.
Dirinya bahkan mencatat, Eks Menteri ESDM, Ignasius Jonan banyak memberikan inspirasi kepadanya di dalam perjalanan beliau menjadi Menteri ESDM. Bukan hanya terkait BBM satu harga, ide-ide besar beliau yang disampaikan kepadanya yakni :
“Pertama, bekerjalah dengan memberikan yang terbaik, tidak usah memikirkan hal-hal lain, karena rejeki tidak akan tertukar, itu kata beliau (Jonan),” katanya.
“Kedua, beliau pernah menyampaikan karakter syndrome. Pesannya adalah hati-hati sebagai pemimpin mengambil kebijakan kalau tidak menguasai detail, karena itu akan punya konsekuensi logis kebijakan itu akan menjadi back fire kepada kepentingan pemerintah maupun masyarakat. Ini yang saya dapatkan dari beliau,” sambung Ifan.
Lebih jauh ia mengungkapkan, mudah-mudahan ini bermanfaat untuk kepentingan nasional.
“Saya menghimbau bagaimana kita letakkan kepentingan nasional itu adalah yang utama dan pertama diatas kepentingan kelompok, kepentingan partai, apalagi kepentingan individu,” pesannya.