Direktur Energy Watch, Mamit Setiawan

Mamit Setiawan: Aktraktivitas Berinvestasi di Indonesia Baik dari Segi Hukum Maupun Kebijakan Fiskal Belum Menarik

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta,ruangenergi.com-Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan produksi migas dalam negeri sulit mencapai target. Salah satunya karena tingkat atraktivitas berinvestasi di Indonesia, baik dari segi hukum maupun kebijakan fiskal, belum menarik.

Padahal Indonesia memerlukan investasi asing dalam sektor hulu minyak dan gas bumi (migas), pasalnya sektor ini membutuhkan modal besar dengan risiko tinggi. Sayangnya, investasi hulu migas di Indonesia kalah menarik dibanding Malaysia dan Vietnam.

“Atraktivitas investasi di Indonesia harus ditingkatkan karena jauh di bawah Thailand, Malaysia, Vietnam,” ujar Mamit dalam IDX Channel Market Review, Senin (7/3/2022).

Mamit menjelaskan, revisi UU Migas belum kunjung rampung. Padahal, dengan UU ini, investor akan merasa aman dan yakin menanamkan modalnya di Indonesia.Faktor lainnya adalah sebagian besar lapangan migas di Indonesia sudah tua (mature) sehingga produksinya pun menurun.

“Lalu lapangan migas banyak di laut dalam (offshore) sehingga nilai investasi cukup besar dan lebih banyak di Indonesia Timur lokasinya, karena di barat sudah mengalami natural decline,” beber Mamit.

Mamit menambahkan juga, isu sosial yang sedang berkembang di Indonesia juga menjadi faktor yang membuat investor berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia. Isu ini berkaitan dengan isu pembebasan lahan, masyarakat adat hingga konflik yang tengah terjadi di dalam negeri.

“Namun diharapkan produksi ini meningkat karena harga minyak dunia saat ini sedang tinggi-tingginya. Di satu sisi, harga minyak tinggi ini memang membuat Indonesia mendapat windfall profit dari sisi hulu, namun di sisi hilir artinya jumlah subsidi energi akan lebih besar,”jelasnya.