Jakarta, ruangenergi.com – Tantangan untuk memproduksi migas di tengah komitmen terhadap transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 menjadi pekerjaan besar Presiden dan Wakil Presiden terpilih nantinya. Saat ini kemampuan produksi atau lifting minyak Indonesia per hari sekitar hanya 615.000 barel, tentu jauh dari target 1 juta barel per hari.
Lantas, sosok pemimpin seperti apa yang dibutuhkan Indonesia dalam menghadapi tantangan di sektor migas? Khususnya untuk mengatasi persoalan di tengah komitmen terhadap transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga mengatakan, sektor pengolahan migas khususnya petrokimia perlu diperkuat, karena berbicara NZE berhubungan dengan siklus karbon yang lebih panjang.
“Tantangannya adalah sektor pengolahan migas, khususnya di bagian petrokimia perlu diperkuat, karena ketika kita berbicara NZE artinya kita berbicara terkait siklus karbon yang lebih panjang, dan itu dapat dicapai di sektor tersebut dan tentunya memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan ketika migas hanya menjadi bahan bakar”, kata Daymas kepada RuangEnergi.com pada (29/01/2023).
Terkait Target lifting 1 juta barrel, Daymas menilai hal tersebut masih menjadi angan belaka. Sebab, kegiatan eksplorasi sampai saat ini belum menemukan cadangan besar/giant discovery dan juga kegiatan eksploitasi konvensional.
“Target lifting 1 juta barrel ini masih menjadi angan belaka karena sampai saat ini kegiatan eksplorasi kita belum menemukan cadangan besar (giant discovery) dan juga kegiatan eksploitasi konvensional”. ujar Daymas.
Dalam aspek finansial dan teknologi, khususnya backup kebijakan, Daymas berharap Presiden baru dapat membuat arah kebijakan untuk memperkuat aktivitas kepentingan multiplier effect (engine of economic growth).
“Kita berbicara hulu sampai hilir ya, yang pertama skema eksplorasi migas perlu dibenahi lalu industri pengolahan migas yang dapat memberikan nilai tambah juga diperkuat”. kata Daymas.
Selain itu dalam menjaga setiap aktivitas migas tetap memperhatikan lingkungan, khususnya terus menjaga low carbon initiatives. Daymas berpandangan agar memulai dari target zero routine flare gas, lalu memanfaatkan gas CO2.
“Bisa dimulai dari target zero routine flare gas, lalu memanfaatkan gas CO2 yg diventing menjadi produk-produk lain yang bernilai tambah dan cycle carbonnya lebih panjang”. tutup Daymas.