Masa Depan Energi Panas Bumi, Tantangan dan Peluang Dalam Dekade Berikutnya

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.com – Industri panas bumi di Indonesia dan dunia terus berkembang dengan pesat, menawarkan potensi besar dalam upaya memenuhi kebutuhan energi bersih dan berkelanjutan. Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024 yang akan diselenggarakan pada tanggal 18 – 20 September 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) ini menjadi momen penting untuk menyorot masa depan energi panas bumi, mengidentifikasi tantangan, dan merumuskan peluang dalam dekade mendatang.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Panasbumi Indonesia (API/INAGA), Julfi Hadi, Indonesia sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, memiliki potensi hingga 24 GW. Namun, pemanfaatan saat ini baru mencapai 2,4 GW.

“Energi panas bumi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Namun, tantangan utama yang kita hadapi meliputi biaya awal yang tinggi untuk eksplorasi dan pengembangan, serta regulasi yang ada,” kata Julfi,dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (16/9).

Menurut Julfi, tantangan pengembangan energi panas bumi ini meliputi risiko eksplorasi yang tinggi, regulasi, teknologi, serta penolakan masyarakat setempat akibat miskonsepsi pengembangan panas bumi. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan masyarakat.

“Pendidikan dan sosialisasi yang lebih baik mengenai manfaat dan risiko pengembangan panas bumi dapat membantu mengurangi penolakan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga dapat mempercepat proses birokrasi dan menyediakan insentif untuk mendorong investasi dalam teknologi panas bumi. Dengan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi, pengembangan energi panas bumi dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil,” papar Julfi.

Di sisi lain, lanjut dia, peluang pengembangan energi panas bumi mencakup beberapa aspek yakni penyediaan energi baseload, tidak bergantung pada cuaca dan waktu, yang memungkinkan panas bumi menggantikan PLTU karena memiliki karakteristik serupa. Selain itu sebagai salah satu negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi panas bumi mencapai 24 GW.

“Masih banyaknya lapangan yang belum dikembangkan memberikan peluang investasi yang sangat terbuka. Dan sebagai energi rendah karbon, maka pengembangan panas bumi sejalan dengan visi pemerintah dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat,” tukasnya.

Momen Penting
Menurut dia, IIGCE 2024 yang memasuki tahun kesepuluh ini akan menjadi platform penting untuk membahas tantangan dan peluang pengembangan energi panas bumi di dekade berikutnya. Acara ini akan mempertemukan para ahli, praktisi, dan pemangku kepentingan dari seluruh dunia untuk berbagi wawasan dan pengalaman.

Pada IIGCE 2024, akan dilaksanakan beberapa penandatangan penting, termasuk penandatanganan LoA, kontrak EPC, dan peluncuran Commercial Operation Date (CoD) yang akan menambah kapasitas terpasang sebesar 922,6 MW. Proyek-proyek yang tercakup meliputi:

1. Signing of LoA / EPC Contract / Launching of COD with a total development capacity of 922,6 MW (USD 3,7 bio)
2. Signing Agreement / Memorandum of Understanding
3. Signing of Agreements

Kerjasama terkait pengembangan panas bumi juga menunjukkan komitmen yang kuat dalam memperluas investasi dan teknologi. Keseluruhan kolaborasi ini diperkirakan akan mendatangkan investasi sebesar USD 3,7 bio.

Julfi Hadi menyatakan, energi panas bumi dengan karakteristik baseloadnya memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung penyediaan energi bersih di Indonesia.

“Namun, kita juga dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk teknologi, regulasi, dan pendanaan yang perlu kita atasi bersama,” ujarnya.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana IIGCE 2024, Boyke Bratakusuma menambahkan, IIGCE 2024 merupakan platform yang sangat penting untuk mengidentifikasi solusi atas tantangan yang dihadapi industri panas bumi.

“Kami berharap melalui acara ini, kita dapat mengembangkan berbagai inovasi dan kolaborasi yang dapat mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia,” ujarnya.

Dalam IIGCE 2024, kata dia, berbagai inovasi teknologi seperti Enhanced Geothermal Systems (EGS) dan pemanfaatan panas bumi untuk aplikasi langsung seperti pemanasan dan pendinginan akan menjadi topik utama. Diskusi mengenai pendanaan, kebijakan, dan regulasi yang mendukung juga diharapkan dapat memberikan solusi konkret untuk mengatasi hambatan yang ada.

“Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pengembangan energi panas bumi melalui berbagai kebijakan dan insentif. Namun, kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta dukungan dari masyarakat, tetap menjadi kunci sukses dalam mengoptimalkan potensi energi panas bumi,” katanya.

Dengan tantangan yang ada, lanjut Boyke, optimisme tetap tinggi bahwa energi panas bumi akan memainkan peran penting dalam transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau. IIGCE 2024 diharapkan dapat menjadi momentum penting untuk mendorong percepatan pengembangan energi panas bumi dan memaksimalkan potensi yang ada demi masa depan yang lebih berkelanjutan.

“IIGCE 2024 akan menjadi titik temu strategis bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pandangan dan solusi dalam merumuskan tantangan pengembangan panas bumi di Indonesia. Sehingga, panas bumi nantinya dapat dimanfaatkan untuk mencapai target net-zero pada 2060 atau lebih cepat,” ujar Boyke.

Kebuh jauh ia mengatakan, dengan dukungan dari semua pihak dan optimalisasi berbagai peluang yang ada, energi panas bumi berpotensi memainkan peran penting dalam transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

“IIGCE 2024 diharapkan dapat menjadi momentum penting untuk mendorong percepatan pengembangan energi panas bumi dan memaksimalkan potensi yang ada demi masa depan yang lebih berkelanjutan.vThe 10th IIGCE 2024 adalah kegiatan untuk masa depan energi panas bumi yang lebih baik,” pungkasnya.(SF)