Lapangan Sukowati

Menanti Arah Pemimpin Baru di Sektor Migas, Ini Tanggapan Peneliti

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com- Founder & Advisor ReforMiner Institute (Research Institute for Mining and Energy Economics) Pri Agung Rakhmanto menyikapi adanya issue menanti arah pemimpin baru di sektor migas.

Arah barunya, kemungkinan tidak bisa terlalu dinantikan karena potensinya kemungkinan akan lebih ke sama dengan yang sekarang.

“Dalam arti tidak bisa terlalu diharapkan untuk memberikan perhatian lebih, apalagi khusus, ke sektor migas. Kemungkinan kecenderungan ketiganya akan sama-sama normatif. Transisi energi, energi hijau, energi terbarukan, akan lebih menarik secara politis bagi ketiga pasangan calon pemimpin yang ada. Migas, secara relatif “kalah menarik” secara politis bagi ketiganya. Selain itu, migas khususnya, juga seringkali dipandang terlalu teknis,” kata Pri dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Kamis (25/01/2024), di Jakarta.

Pri menambahkan, tampaknya cara pandang dan pemahaman tentang tren tema transisi energi energi hijau terbarukan dan lain-lain dari mayoritas kita, termasuk para calon pemimpinnya, kurang utuh sehingga mengganggap seolah-olah nantinya migas tidak lagi penting.

“Padahal di tingkat global dan negara maju pun, migas tetap akan terus berperan penting dalam 20-40 persen porsi bauran energi mereka ke depan (2050an),”jelas Pri.

Tentu,lanjut pria yang juga jadi dosen Program Pascasarjana dan Sarjana di Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, renewable dan energi hijau lainnya akan terus meningkat dan makin penting. Tapi, migas jelas tetap merupakan komponen dan sekaligus jembatan dalam melakukan transisi energi itu.

“Hal seperti itu yang tampaknya tidak cukup “masuk” di kita dan ketiga pasangan calon pemimpin yang ada, sehingga menjadi suit untuk mengharapkan arah yang “baru” dari para pemimpin baru itu terhadap sektor migas. Implikasinya, migas bisa lebih tidak mendapatkan perhatian lagi. Bisa benar-bisa mengarah pada sunset industry di kita kalau itu terjadi; padahal di tingkat global, di tengah kampanye dan tren transisi energi, industri dan investasi migas tetap tumbuh positif. Produksi bisa terus meningkat dan suplai lebih bisa berkelanjutan krn teknologi untuk eksplorasi dan produksinya terus berkembang dan beradaptasi dengan tren perkembangan energi global,”jelas Pri.

Nama Kementerian ESDM Diganti?

Ketika ditanyakan kepadanya apakah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sebaiknya dipecah? Apakah perlu diganti namanya? Pri menjelaskan:

“Kalau dari saya, tidak terlalu prinsipil sih kalau soal itu..” ungkap Pri.

Begitu juga ketika ditanyakan kepadanya apakah perlu dibentuk Kementerian Hilirisasi? Dengan tegas Pri mengatakan tidak perlu dibentuk kementerian tersebut.

“Tidak perlu kalau dari saya.Hilirisasi di migas dalam arti pengolahan menjadi produk yang dikonsumsi kan sebetulnya bahkan sudah dari dulu dilakukan; yaitu kilang migas itu sendiri. Hilirisasi bukan barang baru kok sebenarnya. Yang belum meluas kan industrialisasinya. Misal: produk migas diolah jadi petrokimia,” papar pria yang juga ikutan menulis buku Fossil fuels-At what cost? Government support for upstream oil and gas activities in Indonesia.