Menanti IRMA Diterima Harita Nickel, Pencapaian Luar Biasa di Sektor Pertambangan

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Pulau Obi, Halmahera Selatan, ruangenergi.com- Iwan Syahroni, Deputy Dept Head HSE Harita Nickel mengatakan Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) kini tengah menjadi target pencapaian utama dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau lebih dikenal sebagai Harita Nickel.

Keberanian luar biasa dari Harita Nickel mengundang IRMA untuk meneliti secara mendalam kegiatan pertambangan dan hilirisasi yang dilakukan oleh perusahaan.

“Keberanian untuk ‘dikuliti’ oleh IRMA, biar transparan apapun. Nah IRMA ini juga ternyata mengkaryakan orang-orang yang berseberangan sama kita ternyata.Beda dengan auditor-auditor yang lain. Justru WALHI, JATAM menjadi nara sumber mereka/IRMA, pemerintah dan stakeholder yang lain, termasuk kita juga,” kata Iwan kepada para jurnalis sektor energi, termasuk ruangenergi.com, Sabtu malam (14/06/2025), di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Iwan menambahkan, IRMA ini salah satu upaya Harita Nickel memasarkan produk. Hilirisasi dari bahan untuk baterai mobil listrik ke banyak pasar.

“Selama ini selalu dibilang bahwa pasar kita China.Sebenarnya pasar kita terbuka, mengingat Indonesia ini menjadi pemain terbesar di dunia. Dimulai dari UU 4/2009 hilirisasi, kemudian ditegaskan kita tidak boleh ekspor ore begitu ya, sehingga banyak pasar di Eropa itu membutuhkan. Ini kesempatan sebenarnya. Tidak lagi prasangka bahwa pasar kita ke China.Nah dengan IRMA, sudah banyak produsen-produsen mobil seperti Ford, BMW, dan sebagainya, itu sudah IRMA. Sehingga kita mau menunjukkan bahwa kami IRMA, kami juga transparant. Kami bisa melakukan apa yang mereka lakukan.Supaya pasar ini betul-betul memang bebas,” ungkap Iwan yang hadir didampingi Dindin Makinudin, GM External Relation & Community Development Harita Nickel.

Iwan mengingatkan, kans ke depan nanti memasarkan tidak tahu ke dapannya seperti apa. Bisa saja China ke depan tidak menjadi pembeli, bisa ke Eropa.

“Kita terlalu cepat untuk meraih target IRMA 50, padahal di perusahaan lain baru 25. Kalau kita sudah menuju kepada ketaatan 50 persen IRMA. Nah benefit dari situ adalah ini bagus buat nikel Indonesia sebenarnya,” tutur Iwan lagi.

Dia menjelaskan untuk mendapatkan IRMA sama sulitnya ketika seseorang pelajar ingin masuk perguruan tinggi favorit seperti ITB, UI, UGM, UNPAD, UNDIP dan lain-lain.

“Negara sangat suka ketika kita menyatakan masuk IRMA.Ini semacam angin segar ke yang lainnya, agar mencontoh Harita yang masuk IRMA. Jadi IRMA itu suatu nafas, hal yang positif buat Indonesia bahwa ternyata enggak dirty nickel, tapi transparan juga gitu,” urai Iwan dengan wajah serius.

IRMA itu, lanjut Iwan, juga mengaudit kementerian, provinsi, kabupaten. Bahkan, yang bersebrangan sama tambang, dijadikan narasumber mereka juga.

“Itulah bentu fairness mereka. Artinya mereka mendapatkan informasi yang berimbang untuk membuat skoring IRMA kita 50 persen,” jelasnya lagi.

Ketika ruangenergi.com bertanya kepadanya, apakah Harita Nickel akan juga konsen untuk mendapatkan ESG award, dia menjawab bahwa perusahaan tempat dia bekerja ternyata sudah mendapatkan award dari pelaksanaan ESG (Environmental, Social, and Governance ).

ESG Indonesia

Menurut Corporate Affairs Manager Harita Nickel, Anie Rahmi, Harita Nickel, harus diakui Indonesia memang belum punya ESG standar sendiri. Maka itu yang sedang diperjuangkan agar IMA (Indonesia Mining Association)  dan asosiasi lain mau membuat ESG Indonesia.

“Kenapa sih Indonesia harus ikut standart ESG dari Eropa maupun dari Amerika? Nikel Indonesia itu berbeda di Australia atau Eropa. Nikel kita kan laterite, sementera di negara lain, Australia misalnya, itu sulfida.Standar ESG mereka itu berbeda. Di Eropa ESG itu umurnya sudah 90 tahun.Kita memang belum ada.Kita mengakui itu suatu issue sendiri. Memang seperti Pak Iwan bilang tadi, bahwa di berbagai pemerintahan, media, melihat insiatif-inisiatif yang dilakukan kita di sektor itu. Makanya, alhamdulilah, banyak award, penghargaan diterima kita (Harita Nickel) secara penilaian oleh juri yang kompeten. Alhamdulilah Harita Nickel layak mendapatkan award itu dari berbagai institusi untuk ESG. Saya sih berharap ada ESG Indonesia. Kita pasti gak takut ikutnya, buktinya kita ikut IRMA,”kata Anie dengan tegas.

Anie menjelaskan lagi, terhadap IRMA, dengan memberanikan diri ikut, itu merupakan compliance Harita dari sektor ESG diakui globally.

“Karena IRMA itu standar yang paling  ketat sedunia untuk mining ya. Saya sudah sampaikan untuk paper worknya saja ada 600 point yang sesuai standar mereka. Ketika visit langsung ke lapangan, 400 point. Sehingga total ada 1000 point yang harus memang sesuai dengan standart IRMA,” pungkas Anie.