Mencermati Investasi Tesla di Amerika Part 2

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Ruang Energi.com, Jakarta – Suatu hari kami mendapat undangan untuk berkunjung ke technology centre yang didirikan perusahaan electric vehicle (EV) dari luar Amerika Serikat di Silicon Valley, California.

Sewaktu datang kesana, kami sangat terkejut karena tidak ada tanda-tanda bahwa ini adalah technology centre untuk sebuah perusahaan automobile. Bagaimana tidak, selama kunjungan, kami tidak menemukan tim yang merancang bodi, suspensi, steering systems dan brakes.

Yang kami temui adalah sebuah kantor dengan berbagai rangkaian elektronik dengan integrated circuit chips yang paling mutakhir dengan ditopang oleh programmer-programmer handal dan tentu ditambah dengan komponen motor listrik.

Apakah perusahaan EV tidak lagi peduli dengan aerodinamika dari sebuah mobil? Atau mungkin tidak peduli lagi dengan kekuatan rangka bodi untuk keselamatan dan kenyamanan penumpangnya. Termasuk mungkin tidak peduli lagi dengan kelincahan manuver dari sebuah mobil, sehingga tidak terlihat menjadi bagian dari suatu technology centre bidang automobile.

Pengamatan kami, strategi perusahaan EV dengan membangun technology centrenya di Silicon Valley itu tidak terlalu berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Tesla di awal pendiriannya. Tesla tidak mendirikan technology centre dan juga manufacturing plant-nya di Detroit Michigan yang sudah menjadi the centre of excellence dari industri otomotif di AS selama lebih dari satu abad. Tapi mereka mendirikannya di Sillicon Valley.

Secara pasti tidak ada yang tahu kenapa Elon Musk memilih Silicon Valley untuk mendirikan Tesla. Namun kami menduga Tesla membutuhkan sejumlah aspek strategis untuk membangun produknya, diantaranya, pertama, talenta-talenta terbaik di bidang Information Technology dengan working culture yang sudah teruji menghasilkan teknologi yg merubah peradaban manusia seperti Google, Apple dll.

Kedua, Technology Chips paling mutakhir yang bisa didapat dengan bekerja dalam ekosistem yang sudah terbentuk di Silicon Valley.

Ketiga, Venture Capitalist yang secara terukur mau mendanai ide-ide breakthrough dan juga berani untuk berinvestasi di perusahaan startup yang beresiko tinggi

Lalu apa bedanya teknologi mobil motor bakar dengan motor listrik? Secara garis besar, teknologi mobil listrik hanya mengganti sekitar 30% dari komponen mobil motor bakar, sisanya (70%) komponennya sama. Jadi teknologi yang 70% sudah tersedia dengan sangat matang, sehingga mungkin tidak memerlukan riset yang lebih dalam lagi.

Elon Musk sangat cerdas untuk tidak bermain di komponen yang 70%, tapi dengan mengembangkan yang 30%, sehingga dia akan sulit dikejar oleh kompetitor yang baru mau masuk ke teknologi EV.

Patut diduga strategi Tesla itu juga dibaca oleh perusahaan EV asing yang mendirikan technology centre-nya di Sillicon Valley. Mereka kemudian membawa hasil riset itu ke negara asalnya untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini negara bersangkutan ikut terjun dan berkompetisi langsung dalam pengembangan teknologi EV, bukan menunggu.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa Tesla akhirnya memilih berinvestasi di India? Kita lanjutkan diskusinya di edisi berikutnya.(Arcandra Tahar, Komisaris utama PGN)