Menembus Batas: Jejak Emas Insinyur Indonesia di Panggung Dunia Lewat “Blueprint”

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, ruangenergi.com-Di tengah hiruk-pikuk persaingan global, seringkali kita bertanya: di mana posisi profesional Indonesia? Kisah mereka kerap kali sayup-sayup terdengar, tenggelam di antara narasi besar kesuksesan bangsa lain. Namun, anggapan itu runtuh seketika saat kita membuka lembar demi lembar buku “Blueprint” karya Sylvie Tanaga.

Buku ini bukan sekadar kumpulan teks teknis; ini adalah sebuah manifesto keberanian. Melalui “Blueprint”, kita diajak menyelami kisah nyata perjuangan 20 insinyur Indonesia yang membuktikan satu hal: integritas dan nyali anak bangsa mampu melampaui sekat negara dan budaya.

Lebih dari Sekadar Minyak dan Gas

Bayangkan sebuah petualangan yang melibatkan interaksi dengan 160 bangsa di 120 negara. Itulah lanskap yang dihadirkan dalam buku ini. Para insinyur yang bekerja di perusahaan raksasa Schlumberger ini tidak sedang berlibur. Mereka berada di garis depan eksplorasi minyak dan gas.

Namun, keunikan “Blueprint” justru terletak pada apa yang terjadi di balik helm proyek dan baju kerja mereka. Sylvie Tanaga dengan jeli tidak melulu membahas soal teknis pengeboran. Ia justru menyoroti sisi manusianya: Ketangguhan bertahan di lingkungan kerja yang keras dan terkadang menakutkan. Dinamika budaya yang menuntut adaptasi cepat di lokasi penempatan asing. Isu sensitif seperti kesenjangan gender. Hingga pengorbanan keluarga yang menjadi tulang punggung emosional di rumah.

“Cerita-cerita yang disampaikan bukan cerita yang dibesar-besarkan… Sylvie membuat pembaca seperti sedang duduk bercerita secara langsung dengan para engineer.”

Satu benang merah yang ditenun dengan kuat dalam buku ini adalah Meritokrasi. Di dunia kerja internasional yang keras, para insinyur Indonesia ini tidak diberi “karpet merah” hanya karena latar belakang mereka unik.

Mereka mendapatkan tempat karena mereka membuktikan diri. “Blueprint” menegaskan bahwa kompetensi teknis dan sikap profesional adalah mata uang yang berlaku universal. Buku ini mengajarkan bahwa prinsip keadilan prestasi (meritokrasi) bukanlah utopia, melainkan sesuatu yang bisa diwujudkan dengan kerja keras.

Sebuah Inspirasi untuk Siapa Saja

Mungkin Anda berpikir buku ini hanya untuk mereka yang bergelut di dunia teknik. Salah besar. Gaya penulisan Sylvie yang renyah dan mengalir membuat siapa pun—bahkan mahasiswa pendidikan biologi sekalipun—dapat hanyut dalam kisahnya. Tidak ada jargon yang membingungkan; yang ada hanyalah kisah manusia yang sedang berjuang menaklukkan tantangan.

“Blueprint” layak menghuni rak buku siapa saja yang ingin memahami realitas dunia kerja internasional. Ia adalah cermin tentang kehidupan dalam keberagaman, tentang keringat yang menetes demi masa depan, dan tentang Indonesia yang ternyata, memiliki jejak yang gagah di peta dunia.

Bagi Anda yang sedang mencari inspirasi sekaligus realitas kehidupan tanpa polesan, buku ini adalah jawabannya.

Sumber Resensi: Sesilia Anggun Hadjon (Mahasiswi Fak. Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma)