Jakarta, ruangenergi.com- Anggota DEN, Satya Widya Yudha menjadi pembicara dalam Festival bisnis dan Investasi dengan tema “Mengenal Bisnis dan Investasi Energi sebagai Pendukung Perekonomian dan Ketahanan Energi Nasional” yang diselenggarakan oleh Dewan Energi Mahasiswa secara virtual. Webinar ini bertujuan untuk memahami dan melihat perkembangan kebijakan sektor energi serta melihat peluang bisnis dan investasi energi untuk mendukung sektor perekonomian di Indonesia.
Turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut antara lain Stakeholder Relations Senior Officer PT Pertamina, Senior Manager Corporate Communications PT. Agincourt Resources dan Rektor Institut Teknologi PLN.
Anggota DEN, Satya Widya Yudha memaparkan mengenai bisnis dan investasi energi sebagai penggerak perekonomian nasional. Dalam paparan tersebut, Satya mengatakan bahwa trend dunia dan nasional saat ini adalah pengembangan energi bersih dan pembangunan rendah karbon. Komitmen nasional terkait perubahan iklim yaitu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 sesuai Nationally Determined Contribution (NDC).
Disamping itu, Satya mengatakan bahwa dunia saat ini mengalami perubahan pasca pandemi covid-19. Pandemi COVID-19 mendorong perubahan situasi dan peradaban, karena itu perlu adanya perbaikan pada berbagai fondasi produktivitas, terutama kebutuhan akan skill tenaga kerja yang lebih tinggi.
Di tengah Pandemi COVID-19 beberapa industri manufaktur mengalami pertumbuhan positif. Perlu adanya strategi pengembangan industri manufaktur lahap pakai energi, rendah energi (efisiensi dan rendah karbon), atau industri agro/makanan minuman yang memanfaatkan available biomasa/limbah biomasa), serta perlu adanya transformasi industri manufaktur menjadi industri 4.0 (industri hijau).
Satya juga menambahkan bahwa lima besar Industri Manufaktur yang dapat menjadi prioritas Pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional adalah Industri Tekstil dan Pakaian Jadi, Industri Pengolahan Tembakau, Industri Makanan dan Minuman, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Industri Barang dari Kayu, Rotan dan Bambu. “Kelima sektor tersebut diharapkan memanfaatkan teknologi efisiensi energi dan energi rendah karbon” pungkas Satya.
Selain itu, Satya juga memaparkan mengenai target dan tujuan KEN (2010-2050) & perubahan lingkungan strategis, konstelasi transisi energi dengan kebijakan dan regulasi energi, pemanfaatan bonus demografi untuk meningkatkan produktivitas.
Dalam penutupannya, Satya mengatakan beberapa langkah sinergi inovasi untuk dekarbonisasi sistem antar lain: inovasi di berbagai dimensi sektor energi, inovasi mendorong proses transisi energi dan mendekarbonisasi sektor energi, inovasi terpadu lintas sektor untuk mengurangi biaya teknologi rendah karbon (prioritas utama) dan solusi teknologi yang signifikan untuk dekarbonisasi sektor energi serta inovasi dan skala ekonomi bagi sumber pembangkit listrik energi terbarukan menarik secara ekonomi (khususnya teknologi hijau seperti hidrogen), disamping itu sistem sosial-ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap kecepatan transisi yang diperlukan untuk menstabilkan pemanasan global pada 1,5°c.
Alicia zainal, Stakeholder Relations Senior Officer, PT Pertamina mengatakan bahwa saat ini pelaku bisnis energi saat ini dihadapkan pada tantangan percepatan transisi menuju energi baru terbarukan yang diakibatkan oleh globalisasi, kondisi demografi, perubahan iklim dan perilaku konsumen. Sejalan dengan transisi energi, PT. Pertamina menyesuaikan pasokan energi nasional Indonesia pada periode 2020-2030 dengan mengurangi produk olahan dan bauran LPG dari 86% menjadi 64%, serta meningkatkan bauran gas dari 13% menjadi 19% dan EBT dari 1% hingga 17%.
Katarina Siburan, Senior Manager Corporate Communications, PT. Agincourt Resources mengatakan strategi 2021 dalam hal pertumbuhan bisnis, nantinya kegiatan eksplorasi akan mengindentifikasi target baru/ memperluas basis sumber daya alam. Disamping itu, tetap mempertahankan lisensi sosial seperti menjaga kinerja keselamatan, dan hubungan pemangku kepentingan baik internal ataupun eksternal.
Iwa Garniwa, Rektor Institut Teknologi PLN mengatakan bahwa saat ini pengelolaan energi belum sepenuhnya menerapkan prinsip keberlanjutan yang berwawasan lingkungan. Permasalahan energi nasional saat ini adalah kebergantungan pada energi yang masih besar, sumber daya energi masih menjadi sumber devisa negara, pemanfaatan energi domestik belum optimal dan terbatasnya infrastruktur. Iwa juga mengatakan bahwa ketergantungan terhadap impor BBM dan LPG juga masih menjadi tantangan Pemerintah, oleh sebab itu perlu adanya strategi dan program untuk mengurangi penggunaan energi fosil kedepannya.