Jakarta, ruangenergi.com – Kunjungan Presiden ke Uni Emirate Arab (UEA) pada 11-14 Januari 2020 kemarin membawa masuknya investasi dan kerjasama di bidang energi dan mineral dengan ditandatanganinya kesepakatan antara PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) dan PT Asahan Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan beberapa perusahaan di UEA sebanyak 11 perjanjian dengan nilai total sebesar Rp 314,9 triliun atau USD 22,89 miliar.
Detailnya, investasi yang ditanamkan UEA itu mencakup pembangunan berbagai pembangkit listrik yang diperkirakan mencapai Rp 1,8 triliun sebut saja Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat yang digadang akan memecahkan rekor PLTS terbesar di ASEAN melebihi PLTS Cadiz Solar Powerplan di Filipina sebesar 132,5 MW.
Proyek ini akan dikerjakan dengan perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBI) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).
Selain itu proyek lain yang akan ditandatangani pula sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dengan Mubadala, potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dengan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), hingga penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina.
Tak hanya itu, di sektor mineral PT Inalum juga menandatangani kesepakatan kerja dengan Emirates Global Aluminium (EGA) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton, dimana kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.
Baca juga : Skema PSC Persulit Pembahasan Transisi Blok Rokan
Menanggapi penandatanganan berbagai proyek di bidang energi tersebut, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai bahwa hal tersebut menjadi bukti jika Indonesia masih menjadi negara dengan tujuan investasi terbaik di dunia meskipun perekonomian dunia relatif lesu.
“Berbagai komitmen yang sudah ditandatangani itu menjadi bukti, meski ekonomi global lagi bergejolak namun Indonesia masih menarik perhatian dunia untuk berinvestasi,” ujar Mamit di Jakarta, Rabu (15/1).
Ia juga menilai bahwa masuknya berbagai proyek ini memiliki dampak yang signifikan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia khususnya di bidang energi.
“Berbagai proyek hasil kerjasama ini akan menjadi upaya BUMN dalam melakukan transfer knowledge. Dengan begitu ke depan daya saing BUMN kita juga bakal lebih baik,” katanya.
Meski demikian, Mamit juga mengingatkan agar pemerintah juga harus melakukan penyerdehanaan regulasi untuk mepermudah para investor.
“Saya rasa apa yang sudah dilakukan dengan menggandeng perusahaan internasional itu sudah cukup bagus. Hanya saja penyederhanaan regulasi harus terus dilakukan. Karena selama ini semua mentok di tahap ini,” katanya.