Paritohan, Sumatera Utara, ruangenergi.com-Danau Toba bukan hanya ikon pariwisata Sumatera Utara. Ia adalah sumber kehidupan bagi jutaan warga, sekaligus jantung penggerak listrik tenaga air yang dioperasikan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM).
Menyadari pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya air, INALUM bersama Perum Jasa Tirta I (PJT-I) sejak beberapa tahun terakhir menggagas program konservasi yang menyentuh banyak aspek: dari penanaman pohon, pembibitan modern, ruang terbuka hijau, hingga edukasi lingkungan bagi masyarakat.
“Konservasi di kawasan Danau Toba bukan hanya tanggung jawab INALUM sebagai pengguna air untuk PLTA, tetapi juga komitmen moral kami dalam menjaga ekosistem,” ujar Daniel JP Hutauruk, Kepala Grup Layanan Strategis INALUM.
Data riset konservasi tahun 2022 mencatat, ada 228 ribu hektare lahan kritis di (DTA) Danau Toba. Kondisi ini menjadi alarm untuk segera melakukan aksi nyata. Sejak 2018, INALUM melaksanakan Program Penanaman Pohon di berbagai kabupaten sekitar Danau Toba.
Hingga 2025, luas lahan yang sudah ditanami mencapai ribuan hektare. Targetnya, setiap tahun minimal 500 hektare ditanami pohon baru. Jenis tanaman yang dipilih bukan sembarangan: selain berfungsi menahan erosi dan meningkatkan infiltrasi air, banyak juga yang bernilai ekologis dan ekonomis, seperti pinus, suren, mahoni, hingga alpukat, durian, dan aren.
“Ke depan, penanaman ini akan terus berlanjut dengan skala 500 hektare per tahun di tujuh kabupaten sekitar Danau Toba,” tambah Daniel.
Agar program berjalan konsisten, INALUM membangun Pembibitan Modern Paritohan yang mulai beroperasi Mei 2025 dengan kapasitas produksi 500 ribu bibit per tahun. Tak hanya itu, tiga Kebun Bibit Rakyat (KBR) juga hadir di Toba, Humbang Hasundutan, dan Simalungun dengan kapasitas masing-masing 50 ribu bibit per tahun.
Bibit yang disediakan pun beragam, mulai dari pohon buah (mangga, durian, alpukat) hingga kayu-kayuan bernilai konservasi.
“Dengan adanya pembibitan ini, keberlangsungan penanaman pohon di Danau Toba bisa terjamin,” ungkap Sunamo A. Rakino, Kepala Divisi Konservasi dan Penghijauan INALUM.
Selain pembibitan, kawasan Paritohan juga memiliki Ruang Terbuka Hijau Keanekaragaman Hayati (RTH Kehati) seluas 4 hektare. Area ini menjadi laboratorium alam kecil, lengkap dengan tanaman endemik Toba seperti kemenyan, andaliman, hingga sampinur. Ada pula penangkaran rusa, kolam ekosistem, dan edukasi tentang ecoenzym sebagai pembersih alami perairan.
Salah satu inovasi menarik adalah penerapan Metode Tani Nusantara. Konsep ini mengajarkan pertanian organik dengan memanfaatkan bahan alami lokal untuk pupuk, pestisida, dan mikroba. Hasilnya? Produktivitas meningkat, biaya berkurang, dan lingkungan tetap lestari.
Metode ini tidak hanya diterapkan di lahan konservasi INALUM, tetapi juga diajarkan kepada masyarakat melalui berbagai pelatihan. Banyak petani yang merasakan hasil panennya meningkat hingga tiga kali lipat setelah mengadopsi metode ini.
Konservasi tidak hanya soal pohon dan lahan. INALUM juga melibatkan sekolah melalui Program Sekolah Peduli Lingkungan yang sudah berjalan di 41 SMP sejak 2023. Murid-murid belajar tentang pentingnya sumur resapan, biopori, greenhouse mini, hingga aksi nyata penanaman pohon di sekolah.
Di sisi lain, untuk mitigasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), INALUM membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA) bersama pemerintah desa dan Manggala Agni. Hingga Oktober 2025, sudah ada 10 kelompok MPA di berbagai kabupaten sekitar Danau Toba, lengkap dengan pelatihan dan peralatan pemadam sederhana.
Melalui beragam program ini, INALUM ingin memastikan Danau Toba tetap menjadi sumber energi, air, dan kehidupan yang berkelanjutan. Dari penanaman pohon hingga edukasi generasi muda, semua bermuara pada satu tujuan: kelestarian Danau Toba untuk masa kini dan masa depan.












