Menjelajah Harapan di Pesisir Utara Jawa: 5.000 Bibit Mangrove dari PHE ONWJ Tumbuhkan Kehidupan Baru

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Karawang, Jawa Barat, ruangenergi.com – Semilir angin laut berbisik di Desa Tambaksari, Karawang. Dulu, area ini adalah hamparan tandus, dipenuhi semak belukar dan akar mati. Namun kini, ribuan bibit mangrove mulai menancapkan akarnya, membawa secercah harapan baru bagi lingkungan dan penghuninya.

Komitmen untuk menghijaukan kembali pesisir utara Jawa ini datang dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), bagian dari Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina. Mereka tak sendiri, bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Karawang dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, serta masyarakat setempat, mereka berupaya menghidupkan kembali ekosistem pesisir yang rusak. Pada Juni lalu, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup, 2.000 bibit mangrove diserahkan kepada masyarakat Tambaksari.

Penanaman simbolis oleh Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, menjadi penanda dimulainya upaya kolaboratif ini. Tak berhenti di situ, PHE ONWJ memperkuat komitmennya dengan menyerahkan 3.000 bibit mangrove lagi di Indramayu dalam kegiatan Bulan Cinta Lingkungan yang digagas Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, guna mengatasi abrasi yang mengancam pesisir.

“Kami percaya bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab kolektif,” ujar R Ery Ridwan, Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ.

“PHE ONWJ hadir bukan hanya sebagai perusahaan energi, tetapi juga sebagai mitra masyarakat dalam membangun ekosistem yang berkelanjutan.

” Tambaksari: Simbol Perjuangan dan Pemberdayaan Desa Tambaksari bukan sekadar lokasi program, melainkan cerminan nyata dari tantangan lingkungan pesisir. Dari 3.414,93 hektare area mangrove di desa ini, sekitar 92 persennya mengalami kerusakan parah. Gelombang laut tak henti mengikis daratan, keanekaragaman hayati terus menipis, dan mata pencarian warga pun terancam.

Melihat kondisi ini, PHE ONWJ bergerak lebih dari sekadar penyedia bibit. Perusahaan ini membentuk Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP), sebuah inisiatif kolaboratif yang melibatkan tokoh masyarakat, nelayan, dan pemerintah desa. Melalui KKPMP, upaya konservasi mangrove menjadi aksi nyata yang dikelola dan dijaga langsung oleh masyarakat.

“Penanaman ini bukan hanya soal pohon, tapi soal kehidupan,” kata seorang anggota KKPMP, menunjuk deretan bibit yang baru ditanam. Ia menjelaskan bagaimana mangrove tak hanya melindungi tanah dari abrasi, tetapi juga menjadi tempat ikan berkembang biak dan berpotensi menjadi sumber penghidupan baru jika dikelola dengan bijak.

Lebih dari Sepuluh Ribu Pohon untuk Masa Depan Sejak tahun 2024 hingga pertengahan 2025, total 10.930 bibit telah ditanam oleh PHE ONWJ di pesisir Karawang, dengan mayoritas adalah mangrove. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan bukti kesungguhan jangka panjang PHE ONWJ dalam menyeimbangkan kegiatan industri migas dengan pelestarian alam.

“Sinergi antara konservasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat menjadi inti dari pendekatan keberlanjutan kami,” jelas Ery.

“Kami hadir bukan hanya sebagai pelaku industri, tetapi juga sebagai bagian dari solusi lingkungan,” ungkap Ery.

Kini, di Tambaksari dan pesisir Indramayu, ribuan akar muda terus menjalar ke dalam lumpur, mencari pijakan. Mereka tumbuh diam-diam, menghadapi gelombang, angin, dan waktu — sama seperti masyarakat pesisir yang gigih berjuang, tumbuh bersama harapan baru akan masa depan yang lebih hijau.