“Menolak Tua”, Blok Mahakam Kembali Mengaum Lewat Kecanggihan Teknologi Proyek Sisi Nubi AOI

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Balikpapan, Kaltim, ruangenergi.com– Di tengah tantangan mengelola lapangan minyak dan gas bumi (migas) yang sudah matang (mature), sebuah tonggak sejarah baru tercipta di perairan Mahakam.

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), bagian dari Subholding Upstream Pertamina PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sukses menaklukkan tantangan tersebut dengan resmi melakukan onstream (pengaliran perdana) pada Proyek Sisi Nubi Area of Interest (AOI) 1-3-5.

Momen krusial ini terjadi pada 4 Desember 2025, pukul 12:23 WITA, ketika sumur pertama SS-401 di Platform WPS4 mulai mengalirkan gas sebesar 2,4 MMscfd. Keberhasilan ini bukan sekadar angka produksi, melainkan bukti nyata ketangguhan rekayasa teknik dan komitmen PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) selaku induk usaha, serta PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream, dalam menjaga ketersediaan energi nasional.

Hanya berselang sehari setelah pembukaan sumur, pada 5 Desember 2025, tim teknis PHM berhasil melakukan ramp up produksi hingga mencapai 10 MMscfd. Ritme kerja cepat ini terus berlanjut dengan rencana pembukaan sumur kedua, SS-406, pada 6 Desember 2025. Dengan integrasi kedua sumur ini, PHM menargetkan produksi menyentuh angka 20 MMscfd pada 8 Desember 2025.

General Manager PHM, Setyo Sapto Edi, menegaskan bahwa proyek ini adalah jawaban strategis perusahaan untuk menahan laju penurunan produksi alamiah di Wilayah Kerja (WK) Mahakam.

“Kami meyakini bahwa penerapan inovasi dan teknologi adalah langkah strategis Perusahaan dalam menahan laju penurunan produksi, meningkatkan recovery rate, dan mempertahankan tingkat produksi lapangan-lapangan migas yang sudah mature,” ujar Setyo.

Proyek Sisi Nubi AOI bukanlah proyek biasa. Dengan kompleksitas tinggi yang melibatkan pembangunan enam anjungan (platform) baru, perpanjangan dek, serta instalasi pipa bawah laut sepanjang 22 kilometer, proyek ini menjadi etalase terobosan teknologi hulu migas.

Salah satu inovasi paling menonjol adalah penggunaan Suction Pile Foundation (SPF) untuk fondasi platform. Teknologi ini merupakan yang pertama kali diterapkan di Indonesia, memungkinkan instalasi struktur bawah laut yang jauh lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan dibandingkan metode konvensional.

Di sisi subsurface, PHM menggunakan metodologi seismic driven target berbasis machine learning. Teknologi kecerdasan buatan ini terbukti presisi; dua sumur pengeboran awal berhasil mendapatkan hasil di atas ekspektasi.

Keunggulan teknologi juga terlihat pada proses pengeboran sumur SS-406 yang mencatatkan rekor laju pengeboran (Rate of Penetration) tercepat dan teraman di PHM berkat metode New Concept-Sacrificial Casing. Sumur ini juga menjadi yang pertama di Indonesia yang mengimplementasikan uji tekanan (pressure test) dan analisis fluida langsung menggunakan rangkaian bor, memangkas waktu operasional secara signifikan.

Keberhasilan ini tidak lepas dari arahan strategis di tingkat induk perusahaan. Direktur Utama PHE, Awang Lazuardi, saat kunjungannya ke PHM menekankan pentingnya investasi berkelanjutan pada aset mature dengan tetap memegang prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Tantangan utamanya adalah bagaimana mempertahankan tingkat produksi di tengah kondisi reservoir yang menurun secara alami. Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kompetensi personel di lapangan yang adaptif dan inovatif,” ungkap Awang.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PHI, Sunaryanto, menambahkan bahwa Proyek Sisi Nubi AOI mencerminkan semangat pantang menyerah di tengah tantangan bisnis yang kian tinggi.

“Proyek Sisi Nubi AOI bukan hanya tentang pembangunan fasilitas offshore, namun juga tentang kontribusi nyata kepada ketersediaan dan ketahanan energi nasional melalui desain kapasitas rata-rata 20-25 MMSCFD per platform,” jelas Sunaryanto.

Perjalanan menuju onstream ini telah melewati serangkaian milestone yang ketat sejak pemotongan besi pertama (first cut of steel) pada Januari 2024 di Tanjung Pinang. Ribuan pekerja terlibat dalam fabrikasi, diikuti fase sail away enam jaket dan topside yang berlangsung estafet dari akhir 2024 hingga pertengahan 2025.

Puncaknya adalah fase instalasi dan pengeboran yang melibatkan lebih dari 2.800 pekerja dengan aktivitas operasi simultan (SIMOPS) yang padat. Meski berisiko tinggi, PHM berhasil membukukan lebih dari 9 juta jam kerja tanpa kecelakaan kerja (Lost Time Injury/LTI), menegaskan budaya keselamatan kelas dunia yang diterapkan perusahaan.

Kini, dengan dua Jack-Up Rig yang masih beroperasi untuk pengeboran sumur pengembangan (development wells) di platform lainnya, Proyek Sisi Nubi AOI baru saja memulai babak barunya. Sinergi antara PHM, PHI, dan PHE, didukung oleh SKK Migas dan Ditjen Migas, telah membuktikan bahwa dengan inovasi yang tepat, lapangan tua Mahakam masih memiliki “denyut nadi” yang kuat untuk menggerakkan energi Indonesia.