Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina, menegaskan perannya sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional sekaligus penggerak menuju swasembada energi Indonesia.
Hingga kini, PHE mengelola 24% wilayah kerja operator migas di tanah air. Dari angka itu, kontribusinya mencapai 69% lifting minyak domestik dan 37% lifting gas domestik. Capaian ini menempatkan PHE sebagai pemain kunci dalam menjaga pasokan energi, di tengah permintaan energi nasional yang terus meningkat.
“Pertamina Hulu Energi siap menjawab tantangan energi masa depan dengan strategi peningkatan produksi hulu migas, penguatan eksplorasi, serta penerapan teknologi dekarbonisasi seperti CCS/CCUS. Langkah ini selaras dengan agenda pemerintah dalam mewujudkan swasembada energi dan mendukung transisi energi menuju target Net Zero Emission 2060,” ujar Edi Karyanto, Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio dan Komersial PHE, saat acara peluncuran dan diskusi buku Senjakala Industri Migas? karya M Kholid Syeirazi, di Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Strategi Hulu Migas
Untuk menjaga ketahanan energi, PHE menggarap sejumlah strategi kunci. Pertama, optimalisasi produksi lewat perawatan aset, penerapan asset integrity, dan revitalisasi fasilitas produksi. Kedua, peningkatan cadangan melalui eksplorasi berkualitas, pengembangan lapangan baru, hingga penerapan teknologi enhanced oil recovery (EOR) dan chemical enhanced oil recovery (CEOR).
Selain itu, PHE juga memperkuat portofolio lewat pengembangan anorganik. Di sisi lain, demi mendukung target Net Zero Emission 2060, PHE mengembangkan inovasi dekarbonisasi lewat proyek CCS/CCUS, dengan potensi kapasitas penyimpanan karbon mencapai 7,3 gigaton di 11 lokasi prioritas.
Edi menekankan, di tengah melonjaknya konsumsi energi nasional, migas masih menjadi energi strategis. “Gas bumi dipandang sebagai energi fosil yang lebih bersih dan andal dalam mendukung bauran energi nasional,” jelasnya.
Ia menambahkan, komitmen Pertamina sejalan dengan arahan Presiden RI: menjaga prinsip Availability, Accessibility, Affordability, dan Acceptability energi bagi seluruh rakyat.
Meski mencatat tren positif produksi, industri hulu migas masih menghadapi tantangan iklim investasi dan regulasi. Karena itu, PHE mendorong adanya penyelarasan kebijakan fiskal, kontrak, hingga sinkronisasi perizinan agar iklim investasi makin kondusif dan kompetitif di kawasan.
“Dukungan seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan peningkatan produksi migas nasional yang berkelanjutan demi menjaga ketahanan energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Edi.