Menyalakan Harapan dari Atas Gelombang: Kisah Nelayan Desa Muara yang Kini Berlayar dengan Energi Matahari

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Karawang, Jawa Barat, ruangenergi.com— Malam di Desa Muara dulu selalu identik dengan gelap dan cemas. Para nelayan kecil yang melaut di perairan Cilamaya Wetan hanya bertumpu pada senter seadanya. Cahaya yang redup bukan saja menyulitkan mereka mencari ikan, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan di tengah laut.

Kini, gelap itu berubah menjadi terang.

Sejak Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) meresmikan program Desa Energi Berdikari (DEB) pada 4 November 2025, kapal-kapal nelayan kecil di Desa Muara terlihat berbeda. Dari kejauhan, lampu-lampu di atas perahu menyala stabil, bertenaga surya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 150 Watt yang kini terpasang di 46 kapal nelayan.

Program ini diresmikan langsung oleh CEO Pertamina NRE, John Anis, bersama Direktur Utama PT Jawa Satu Power (JSP) Dwi Murray, Camat Cilamaya Wetan, Kepala Desa Muara, hingga kelompok nelayan lokal.

Sebelumnya, para nelayan harus menghabiskan 1–2 liter BBM setiap kali melaut hanya untuk penerangan. Sekarang, lampu di kapal-kapal itu menyala tanpa setetes pun bahan bakar.

Bagi nelayan seperti Rudi (45), perubahan ini tak hanya soal lampu. Ini soal harapan baru.

“Alhamdulillah, sekarang kalau berangkat melaut hanya perlu 1 liter BBM bisa untuk 4 hari karena sudah pakai lampu dari PLTS. Semoga nanti semua nelayan di sini bisa pakai,” ujarnya dengan mata berbinar.

Pemanfaatan PLTS ini diperkirakan menghemat lebih dari 20.000 liter BBM per tahun. Dampaknya bukan hanya ekonomi — tetapi juga lingkungan. Dengan pengurangan BBM tersebut, program ini membantu menekan emisi karbon hingga 45 ton CO₂ per tahun, setara dengan menanam lebih dari 2.000 pohon baru.

Bagi Pertamina NRE, keberhasilan program ini bukan sekadar instalasi panel surya. Lebih dari itu, ini tentang pemberdayaan.

Para nelayan tidak hanya menerima teknologi, tetapi juga dibekali dengan pelatihan perawatan PLTS, memastikan sistem ini bisa beroperasi secara berkelanjutan. Mereka belajar membersihkan panel, memeriksa baterai, hingga mengetahui cara melakukan troubleshooting ringan.

CEO Pertamina NRE, John Anis, menyampaikan filosofi di balik program ini:

“Pertamina NRE tidak mungkin berbisnis sendiri-sendiri. Kita membutuhkan dukungan dari lokal, dan dengan harmoni itulah terjadinya sinergi.”

Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Muhammad Baron, menambahkan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina mencapai target Net Zero Emission 2060 dan mendukung strategi energi bersih nasional.

“Sebagai pemimpin energi transisi, Pertamina berperan dalam mendorong pemanfaatan energi bersih. Hal ini bukan hanya soal diversifikasi energi, tetapi juga membantu perekonomian masyarakat dan menurunkan emisi.”

Di dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Muara, anak-anak kini bermain sambil melihat kapal-kapal orang tua mereka berangkat melaut dengan lampu terang dari tenaga matahari. Bagi mereka, panel-panel surya itu mungkin hanya benda baru di atas perahu.

Namun bagi para nelayan, itu adalah simbol kemandirian — bahwa energi bersih tidak hanya milik industri besar, tetapi juga bisa menjadi milik mereka yang hidup bersahaja di garis terluar negeri.

Program Desa Energi Berdikari adalah langkah kecil dengan dampak besar. Pertamina NRE berkomitmen untuk memperluas program ini ke lebih banyak daerah di Indonesia, membawa energi terbarukan ke desa-desa terpencil dan pesisir.

Lampu-lampu di atas kapal nelayan Desa Muara kini menyala setiap malam. Namun sesungguhnya, yang lebih terang adalah harapan yang ikut menyala — dari pantai kecil di Karawang ini, menuju masa depan energi Indonesia yang lebih bersih, inklusif, dan berkeadilan.