Jakarta,ruangenergi.com-Proyek
IPP 1800MW terbesar dan pertama di Asia patut diduga telat tahun lebih. Apakah ini kombinasi ketidaksiapan PLN dan Pertamina, masalah teknis Jawa-1?
Di klaim sebagai LNG to Power pertama di Asia dan terbesar di Asia Tenggara, proyek tercepat di dunia, Jawa-1 ternyata diluar harapan. Desember 2022 nanti akan merayakan 1 tahun delay.
Proyek yang dibanggakan Pertamina dan di klaim menghemat Rp.26 Trilyun ongkos PLN dan subsidi Republik ini, sempat diduga sudah mengalirkan setrum murah bersumber fossil minim emisi sejak Desember 2021 lalu, ternyata diperkirakan akan terlambat 2 tahun, bukan hanya 1 tahun.
Keterlambatan proyek yang dimenangkan konsorsium pimpinan Pertamina yang mengalahkan konsorsium Mitsubishi, konsorsium Adaro dan konsorsium Medco tersebut menggelitik RuangEnergi.
Adalah Direktur Operasi Jawa-1, Indra Trigha, yang akhirnya mengakui bahwa keterlambatan proyek Legacy-nya dia ini merupakan kontribusi PLN dan Pertamina.
“Dua duanya berkontribusi”; ujar Indra kepada ruangenergi.com beberapa waktu lalu.
Ruang Energi juga coba kontak President Director PPI, Danif, yang sekaligus Pimpinan konsorsium kerja bareng antara PPI, Marubeni dan Sojitz. Hingga berita ini ditulis, tidak ada jawaban.
Begitu juga dengan Komisaris Utama Pertamina (Ahok) dan Dirut Pertamina (Nicke) tentang mundurnya Jawa-1, mereka memilih diam.
Melalui Humas-nya PLN menjelaskan bahwa siap menerima aliran listrik di Maret dan Mei 2023. Dengan demikian J-1 dan PLTGU Batang beroperasi
di tahun 2023.
“ Terkait PLTGU Jawa-1 dan PLTU Batang, pengembang Independent Power Producer (IPP) PLTGU Jawa-1 (PT Jawa Satu Power/ JSP) direncanakan beroperasi Maret dan Mei 2023,”kata Gregorius Adi Trianto Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PT PLN (Persero) Rabu (05/10/2022) di Jakarta.
Adapun pengamat energi dan kelistrikan Febby Tumiwa menyatakan bahwa keterlambatan Jawa-1 dikarenakan ketidaksiapan PLN dan situasi oversupply listrik di Jawa.
Tampaknya, mundurnya J-1 selama 1 tahun lebih memang disebabkan oleh kontribusi kedua pihak, persis seperti yang diakui oleh Indra.
Ginanjar, tokoh sesungguhnya dibalik Jawa-1 dan berdirinya PPI itu akhirnya mau bicara dan mengakui bahwa ada masalah teknis dengan proyek Jawa-1. Tetap dia heran Jawa-1 bisa terlambat karena masalah itu sebenarnya sudah ter-deteksi sejak pertengahan 2019 lalu dan diketahui oleh Direksi Pertamina dan PPI. Ada waktu 1.5 tahun utuk mitigasi. Jadi keterlambatan J-1 bisa dibilang 2.5 tahun.

Berikut adalah kutipan diskusi Ruang Energi dengan Ginanjar beberapa waktu lalu:
RE: Jawa-1 sudah terlambat 10 bulan dan beberapa sumber menyebutkan keterlambatan bisa lebih panjang dari yang diperkirakan. Kami telah mencoba konfirmasi ke PPI dan Pertamina namun tidak aja jawaban, sementara salah satu Direktur di JSP mengakui adanya masalah teknis di Jawa-1. Anda pasti tahu banyak tentang ini.
GS: surprising and not surprising.
RE: Surprising?
GS: September 2019, saya dipanggil Direksi Pertamina, ada 3 Direksi Pertamina waktu itu. Saya juga bawa Direktur dan team PPI yang fully in-charge di proyek J-1. Direksi Pertamina tanya ke saya, apa ada kemungkinan J-1 delay atau terganggu. Kalau ada, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya.
RE: Jawaban Anda?
GS: saya bilang, J-1 is perfectly on schedule. Tapi, ada satu potensi penyebab yang kalau tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan J-1 delay. Masalah teknis.
RE: Anda tidak sampaikan apa mitigasinya?
GS: Saya sampaikan, definitely. Dua mitigation scenario harus dijalankan dengan ketat. Crystal clear, semua dengar koq.
RE: Kenapa masih terlambat?
GS: Lah…..antum tanya ke orang yang salah….haha. Saya keluar dari Jawa-1 per 14 November 2019. Satu bulan sejak rapat dengan BOD Pertamina tadi. Habis itu gak ada kontak sama sekali sama PPI. Sebenarnya ada cukup waktu 1 tahun 4 bulan bagi Pertamina dan PPI untuk mitigasi.
RE: Sama sekali gak ada kontak?
GS: Sorry, saya lupa satu. Ernie Ginting, pengganti saya, pernah sekali datang ke saya dan tanya J-1 and PPI people.
RE: Anda jelaskan juga mengenai potensi delay?
GS: Ya. Saya bilang, J-1 is autopilot. Tapi, ada satu potensi yang harus dimonitor ketat di mitigasi-nya. Satu isu dua skenario mitigasi, sambil tetap dibangun skenario-skenario lainnya.
RE: Tetap delay kan? Anda pernah menjamin ke PTH Dirut PLN saat itu (Inten) bahwa Jawa-1 on-track, akan COD sesuai jadwal.
GS: Ya, betul. Jawaban saya sama. With or without me, J-1 will fly-off on schedule. Saya jamin, it’s autopilot. Tapi ya itu tadi, autopilot bukan berarti pilot-pilotnya tidur dan salah fokus, ato malah foto-foto sama pramugari trus upload di FB. Gimana kalau salah satu instrument fails, cuaca berubah, masuk ruang hampa udara? Ente bawa ratusan penumpang then you play celebrities….?
RE: Dan kenyataan-nya terlambat. Sekarang sudah 10 bulan, bahkan bisa lebih panjang lagi?
GS: I won’t be surprised kalo akhirnya mundur 1.5 tahun, bahkan 2 tahun. Penyakit di proyek, domino effect.
RE: Murni teknis atau ada yang lain?
GS: Project Management, Managerial Failure.
RE: Bisa dijelaskan?
GS: The soul of the project adalah orang-orangnya. Is it about project, company? Or is about you? Tanya aja ke diri sendiri. Masalah-nya, orang gak nyadar bhw kita ini sebenarnya inti dari masalah…..hehe
RE: Anda bicara kapabilitas atau mentalitas?
GS: Both…..and combined.
RE: Anda tadi bilang, agar dibangun skenario-skenario lain. Bisa kasih contoh?
GS: Ada contoh extreem yang pernah saya lakukan. Bangladesh IPP 1400MW. Dua isu berbeda but saya combined.
RE: Trus?
GS: Pertama, Partnership. Setelah konflik dengan partner di konsorsium J-1, by text book, saya harus review donk strategi partnership PPI kedepan. Waktu itu fokus kita adalah IPP 1400MW Bangladesh.
RE: Hasilnya?
GS: Pertamina punya panduan partnership yang cukup bagus, yang kebetulan embrio-nya dari kami PPI. Dua dari sekian aturan yang harus menjadi parameter dan pertimbangan partnership adalah Performance dan Business Ethic. Maka untuk proyek IPP 1400MW Bnagladesh saya ambil voting ke seluruh pekerja PPI.
RE: Hasil voting?
GS: 100% voter said PPI ganti partner di Bangladesh.
RE: Mulus 100% ya?
GS: Ada 1-2 senior level PPI yang ambil sikap agak lama, bahkan ada yang ambil sikap setelah 24jam lebih. Yang lain just in minutes, max in hour.
RE: Dan partnership di IPP bangladesh 1400MW akhirnya diganti?
GS: Yes, kita pindah ke Sumitomo. Ranking-1 di sistem partnership PPI waktu itu. Saya umumkan dan berkirim surat juga ke otoritas Bangladesh, cc ke Duta Besar dan Menteri Luar Negeri Indonesia.
RE: Sampai cc ke Menlu?
GS: IPP Bangladesh dipayungi MoU yang ditandatangani didepan PM Bangladesh dan Presiden RI, Jokowi. Ada marwah kerjasama kedua negara yang harus dijaga. Itu bagian dari kesantunan kita.
RE: Tapi kami dengar IPP Bangladesh tetap dengan Marubeni, how come?
GS: Ya, saya denger juga. Saya dengar ada 2 tokoh di PPI yang membalikan keadaan. Silahkan tanya ke mereka kenapa balik lagi.
RE: OK, trus selain Partnership?
GS: Commercial and technical. Salah satu skenario-nya adalah ganti engine. Saya sudah sounding ke semua pihak. Learning from J-1, we can’t take any chances or risk in the other one of our two flagships.
RE: Trus?
GR: Haha…..gue diplintirrrr, idiots
RE: Please explain dong
GS: Ada mantan Dir Pertamina yang lapor ke mantan bos gw, “Ginanjar getting crazy…..mau ganti itu ini …. yadiyadiyada….. “
RE: Jadi skenario Bangldesh juga bubar…..
GS: Jangan tanya ane Bro……
RE: Waktu anda pimpin, banyak gangguan ya?
GS: Banyak, termasuk dari mantan Direksi Pertamina yang ingin nebeng proyek. Yang kolaborasi sama partner juga ada….haha. Lucu deh…..
RE: Anda entertaint?
GS: NO, never. Some people tidak faham bahwa attitude mereka itu beban bagi proyek dan bagi kita yang mengelola proyek. Anda pengin proyek fly atau rubuh? Makanya setiap proyek harus dilakukan post mortem.
RE: Anda gak lapor sama Management Pertamina?
GR: Lapor lah….tertulis dan lisan. Ada rekamannya juga di orang-orang PPI, tanya aja mereka. Ada 4 orang PPI yg pegang rekamannya. Saya juga sampaikan waktu ada Audit Investigative & Forensic PwC.
RE: PwC kan gak ada hubungannya dengan J-1?
GS: Mereka tanya, very specific, masa saya gak jawab. Ntar saya dikira bagian dari masalah.
RE: Anda kaya pengalaman yang “mengasyikan” selama di Pertamina. Termasuk yang “yadiyadiyada” tadi…..
GS: Wait for my book, I am working on it. It will be fun and funky…..haha
RE: Kapan? Pengalaman paling berat bagi anda?
GS: Soon. Pengalaman paling berat? Managing people, and the most fun one? is Brutus….hahaha
RE: Anda suka menikmati dan mencermati kisah-kisah seperti itu ya…..
GS: Selalu ada moral messages disitu…. Supaya kita alert, dan yang lebih penting…supaya kita tidak menjadi tokoh seperti itu atau bagian dari tokoh2 spt itu…..
RE: you busy with Projects ya?
GS: Yup, funky….