Jakarta, Ruangenergi.com – Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengungkapkan, penggunaan energi bersih sesuatu yang ada mutlak harus dilakukan.
Ketua Umum METI, Surya Dharma, mengatakan, jika masyarakat berpandangan bahwa harga energi terbarukan itu mahal adalah keliru, salah satunya yakni disektor panasbumi (Geothermal).
“Penilaian dan persepsi itu agak keliru karena kita tidak pernah menghitung harga energi itu berdasarkan nilai keekonomian dari tiap energi termasuk energi terbarukan yang dipergunakan untuk membangkitkan listrik,” tuturnya kepada Ruangenergi.com, (08/03).
Ia menjelaskan, selama ini yang dibandingkan lebih banyak karena energi terbarukan yang dihasilkan dari proyek-proyek skala kecil dibandingkan dengan proyek-proyek energi fosil dengan skala lebih besar.
Terlebih, katanya, belum lagi ada faktor lain seperti kelengkapan infrastruktur, dan jenis teknologi dari tiap jenis energi yang dipergunakan.
“Tigaunsur ini tentu saja akan sangat mempengaruhi harga energi baik itu energi terbarukan maupun energi fosil,” imbuhnya.
Sementara itu, lanjutnya, ada faktor lain yang selama ini juga tidak pernah dipernah diperhitungkan dalam mengkalkulasi harga energi, seperti harga lingkungan, harga keberlanjutan energi karena energi fosil yang habis dan tidak dapat dapat diperbaharui dan lain-lain.
“Karena itu, akan sangat tidak fair jika kita hanya membandingkan harga energi dari pola perhitungan dan asumsi yang tidak sama. Hal yang sama tentu saja akan dialami oleh pembangkit listrik yang berasal dari panas bumi,” jelasnya.
Sebetulnya, harga energi listrik dari panasbumi itu relatif stabil dibandingkan dengan energi fasil lainnya yang cendrung bisa berubah dari waktu ke waktu dan itu dapat mengancam ketahanan energi Indonesia.
“Kami melihat bahwa menyebutkan harga energi terbarukan mahal, bisa menjadi salah satu faktor untuk menghambat pengembangan energi terbarukan. Padahal kebijakan kita adalah membuat harga energi secara nasional itu harus di baurkan dengan berbagai sumber energi yang ada sehingga selain memberikan ketahanan energi yang kuat, tetapi juga akan menghasilkan harga energi mix yang optimum,” ujarnya.
Dengan demikian, imbuh Surya, peran pemerintah akan sangat kuat dalam memberikan jaminan dari setiap energi primer yang ada untuk dapat dikembangkan secara optimum. Lihat saja Kebijakan energi nasional, kebijakan itu dibuat secara komprehensif, dengan priorotas pada energi terbarukan, kemudian energi bersih lain seperti gas, baru kemudian minyak bumi dan batu bara.
“Bahkan nuklir pun ditempatkan sebagai priorotas terakhir. Hal ini yang harus jadi acuan pada setiap implementasi yang dilaksanakan oleh pemerintah,” tandasnya.