Jakarta, ruangenergi.com – BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, terus mengembangkan produksi asam sulfat dan caustic soda guna menekan impor bahan baku industri. Langkah ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mineral dalam negeri.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, menjelaskan bahwa produk hasil hilirisasi seperti asam sulfat dan caustic soda memiliki peran strategis sebagai bahan baku utama dalam berbagai sektor industri. Kedua produk ini digunakan dalam proses pemurnian mineral hingga industri manufaktur. Namun, hingga saat ini, sebagian besar bahan pendukung untuk smelter dan refinery masih diperoleh melalui impor.
“Sebenarnya untuk mendukung refinery ataupun smelter ini juga butuh bahan-bahan pendukung yang sebagian besar sekarang ini masih impor, dan proyek strategis hilirisasi Grup MIND ID menjadi solusi untuk juga dapat menghasilkan produk-produk bahan baku industri,” ujar Dilo dalam keterangan resmi, Minggu (9/3/2025).
Pengembangan produksi bahan baku industri ini telah direalisasikan melalui produksi asam sulfat oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) di pabrik asam sulfat yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1,5 juta ton asam sulfat per tahun. Asam sulfat tersebut dihasilkan dari pembakaran pasir tembaga serta limbah industri seperti terak dan gipsum.
Dilo menekankan bahwa asam sulfat memiliki peran penting dalam mendukung hilirisasi smelter dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Selain itu, asam sulfat juga menjadi bahan baku utama bagi industri pupuk, aki, pulp, dan kertas.
Tak hanya itu, MIND ID bersama PT Freeport Indonesia juga tengah mengkaji produksi caustic soda, yang nantinya dapat digunakan dalam industri aluminium. Caustic soda merupakan bahan kimia esensial yang banyak digunakan dalam proses pemurnian bahan baku hingga tahap produksi berbagai produk manufaktur.
“Jadi tidak cuma satu, kami ingin melengkapi semua. Untuk kegiatan hilirisasi, produk-produk bahan baku industri yang masih bergantung pada impor kami coba untuk kurangi,” pungkas Dilo.