Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com-Aceh kembali jadi sorotan. Senin, 10 Maret 2025, suasana Banda Aceh terasa istimewa ketika Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia, Abdulla Salem Al Dhaheri, bertemu Gubernur Aceh Muzakir Manaf. Hadir pula Presiden Direktur Mubadala Energy Indonesia, Abdulla Bu Ali.
Pertemuan itu bukan sekadar diplomasi biasa. Ada pesan optimisme yang dibawa Dubes Abdulla: keinginan kuat untuk mengulang sukses Mubadala Energy di Aceh.
“Sukses dalam pengeboran Mubadala di Andaman, membuat Dubes ingin mengulang kesuksesan itu di Aceh,” ungkap Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), Nasri Jalal, Senin (10/03/2025).
Temuan Gas Jumbo di Laut Dalam
Optimisme itu bukan tanpa alasan. Mubadala Energy, perusahaan energi asal UEA, kini menjadi bintang baru dalam eksplorasi migas Indonesia. Lewat akuisisi Andaman II, Central Andaman, dan South Andaman, Mubadala menguasai salah satu frontier migas paling menjanjikan di Asia Tenggara.
Catatan prestasi mereka mencengangkan:
-
Desember 2023 – Sumur Layaran-1 di Blok South Andaman menemukan kolom gas setebal lebih dari 230 meter, dengan estimasi 6 triliun kaki kubik (TCF) gas-in-place.
-
Mei 2024 – Sumur Tangkulo-1 kembali membuktikan potensi jumbo. Gas mengalir 47 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) ditambah 1.300 barel kondensat, dengan kapasitas puncak bisa mencapai 80–100 MMscfd gas dan lebih dari 2.000 barel kondensat. Total potensi gas South Andaman melonjak jadi 8 TCF gas-in-place.
-
November 2024 – Mubadala meneken nota kesepahaman dengan PT PLN (Persero) untuk mengkaji komersialisasi gas dan pembangunan infrastruktur pendukung dari blok tersebut.
Dengan 80% hak partisipasi di South Andaman, Mubadala kini menjadi pemegang area terbesar di lepas pantai utara Sumatra.
Aceh: Dari Blok Tidur Menuju Episentrum Gas, Harapan Baru dari Ujung Barat Indonesia
Sejak lama Mubadala memang telah memegang blok migas di Aceh. Namun, blok itu lama “tertidur” karena belum sempat diproduksikan. Cadangan besar masih tersimpan di bawah laut Aceh, menunggu momentum terbaik untuk diangkat.
Kini, momentum itu seolah tiba. Temuan besar di Andaman membuka babak baru. Jika berhasil dikembangkan, kawasan laut dalam Aceh bisa menjelma menjadi epicentrum gas Indonesia, sejajar dengan Natuna dan Mahakam yang selama ini jadi ikon migas nasional.
Kehadiran Dubes UEA di Banda Aceh kian mempertegas arah besar itu. Investasi dari Timur Tengah bukan hanya soal modal, tapi juga strategi geopolitik dan transfer teknologi.
Mubadala Energy telah menyalakan harapan baru bagi industri migas nasional. Temuan jumbo, komitmen investasi, dan dukungan diplomatik membuat Aceh tak lagi sekadar penghasil sejarah, tapi juga penghasil energi masa depan.
Dari ujung barat Nusantara, episentrum gas baru Indonesia sedang lahir. Ayo lekas diproduksikan, dimonetisasi gasnya agar menambah pundi-pundi kas negara, dan kas Provinsi Aceh.