Jakarta, ruangenergi.com- Indonesia harus bijak dalam melihat proses transisi energi. Secara bertahap Indonesia perlu mengupayakan bahwa energi yang dihasilkan semakin bersih, namun juga perlu memastikan ketahanan energi primer di masa depan.
“Perjanjian Paris, Net Zero Emission, dan transisi energi sekarang adalah momentum yang tepat untuk mendorong upaya masif dan agresif mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber energi baru terbarukan di Indonesia,” kata Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng, Selasa (12/03/2024), di Jakarta.
Adanya keberagaman sumber energi di bumi Indonesia ini bisa dimaksimalkan untuk mendorong bauran energi agar energi bersih bisa berkembang lebih cepat lagi.
Secara garis besar, dapat terlihat bahwa perusahaan energi global menyikapi transisi energi dalam 3 (tiga) kelompok berbeda, ada yang mengambil strategi go green dan mendivestasi seluruh industri migasnya, ada yang melanjutkan industri migas dengan mengalokasikan sebagian investasinya untuk pertumbuhan green energy, dan ada pula tetap menjaga pertumbuhan industri migasnya dengan solusi dekarbonisasi melalui Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS) seperti yang saat ini sedang dijalankan PHE.
PHE juga sedang mempelajari salah satu energi yang sangat bersih yaitu gas hydrogen yang bersumber langsung dari alam.
“Selain eksplorasi migas, kami juga sedang mempelajari sumber energi baru dari alam yang lebih bersih yang dikenal sebagai geologic hydrogen atau gold hydrogen. Yang paling menarik lagi, satu kilogram hidrogen bisa menghasilkan 40 kilo watt hour, artinya ini adalah pembakaran yang sangat bagus,” pungkas Muharram.