NICL

NICL Catatkan Kenaikan Laba di Semester 1 2021

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta, Ruangenergi.comPT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan peningkatan kinerja operasional pada semester pertama tahun 2021.

Corporate Secretary NICL, Suhartono, mengatakan, berdasarkan laporan keruangan, NICL mencatatkan laba sebesar Rp 26,3 miliar atau naik signifikan jika dibandingkan dengan laba bersih di semester I-2020 yang masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,8 miliar.

Ia menambahkan, kenaikan kinerja ini ditopang oleh kenaikan volume penjualan dan kenaikan harga nikel.

“Selama semester I tahun ini, penjualan bijih nikel perseroan mengalami peningkatan yang signifikan, ditunjang oleh peningkatan harga komoditas nikel sepanjang semester I 2021,” ungkap Suhartono, (25/08).

Suhartono menjelaskan, sepanjang semester I tahun 2021, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 148 miliar, sedangkan pendapatan Perseroan pada sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 188 miliar.

“Jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020, pada semester I tahun ini, Perseroan telah mencapai 79% dari penjualan tahun lalu. Kami sangat optimis penjualan tahun 2021 ini akan jauh di atas penjualan yang telah dicapai Perseroan tahun lalu,” katanya.

Lebih jauh, ia mengatakan, pada semester I tahun ini, posisi keuangan NICL mengalami kenaikan yang signifikan, dari sebelumnya sebesar Rp 106,7 miliar naik menjadi Rp 133,1 miliar atau naik sebesar 25%. Hal ini disebabkan oleh lonjakan laba yang signifikan di semester I 2021.

Di sisi lain, total aset Perseroan sebesar Rp 177 miliar per Juni 2021 atau relatif lebih rendah dari total aset pada Desember 2020 yaitu sebesar Rp 189,7 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7%.

Penurunan aset tersebut dibarengi dengan penurunan utang Perseroan dari Rp 82,9 miliar pada Desember 2020 menjadi sebesar Rp 43,9 miliar per Juni 2021 atau turun sebesar 47%.

“Dari sisi neraca, struktur permodalan Perseroan sangat solid dan didukung oleh pertumbuhan laba yang tinggi, Perseroan yakin dapat terus bertumbuh di masa yang akan datang,” jelas Suhartono.

Selain itu, lanjutnya, propek industri nikel dalam beberapa tahun ke depan masih sangat menarik karena kebutuhan bijih nikel dunia akan terus mengalami peningkatan seiring dengan tumbuhnya industri baterai untuk memenuhi kebutuhan mobil listrik di seluruh dunia.

“Indonesia sebagai salah satu produsen bijih nikel tentunya sangat diuntungkan dalam bisnis ini. Kami optimis NICL mampu mencapai target pertumbuhan penjualan di 2021,” tutup Suhartono.