Jakarta, Ruangenergi.com – Ketidakpastian berakhirnya Pandemi Covid-19 masih akan menjadi tantangan pemulihan ekonomi dunia di tahun 2021. Program vaksinasi yang dilakukan berbagai negara diperkirakan belum mampu memulihkan kondisi dunia seperti era sebelum Covid-19.
Menurut mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, vaksin yang ada juga belum menjamin kekebalan dari virus tersebut. Bahkan saat ini musim dingin di belahan bumi utara melahirkan kasus-kasus Covid-19 baru.
Lantas bagaimana peluang di industri migas?
“Kita bersyukur bahwa permintaan terhadap migas terus menguat sejak jatuh hingga 25% pada April 2020. Kita berharap permintaan terhadap migas akan terus meningkat. Namun rasanya sulit permintaan migas di 2021 akan kembali seperti sebelum Covid-19,” kata Arcandra, (01/01/2021).
Ia mengemukakan, di Amerika Serikat (AS), sejak Juli 2020 jumlah tenaga kerja permanen di sektor migas yang kehilangan pekerjaan sekitar 14%. Penambahan tenaga kerja di tahun yang baru ini diperkirakan tidak akan signifikan.
Untuk itu, efisiensi dan pola kerja baru dengan work from home sebagai dampak dari Covid-19 akan menjadi pilihan banyak korporasi di dunia, termasuk di industri migas.
Guna menghadapi berbagai ketidakpastian dan tantangan di 2021, industri migas dunia akan melakukan berbagai inisiatif, di antaranya :
Pertama, kegiatan eksplorasi akan dimulai kembali tapi dalam skala yang sangat terbatas.
Kedua, lapangan migas tua akan tetap dioperasikan sampai batas keekonomian. Teknologi- teknologi yang mampu memperlambat penurunan laju produksi akan semakin diminati.
Ketiga, perusahaan migas akan memprioritaskan investasinya di lapangan yang memberi return bagus dan risiko terukur. Akibatnya, lapangan baru dengan risiko tinggi akan tertunda pengembangannya.
Keempat, untuk mengurangi biaya operasi, perusahaan akan mempercepat digital transformation dan menjaga fleksibilitas dalam operasi.
Kelima, pengembangan shale oil dan gas di AS akan melambat. Hanya lapangan dengan return bagus yang akan tetap dikembangkan
Keenam, industri migas akan mulai bertransisi ke industri energi yang ramah lingkungan. Industri petrochemical akan tetap diminati karena kebutuhan terhadap produk berbasis petrochemical masih sangat tinggi dan belum ada produk pengganti yang lebih ramah lingkungan.
Ketujuh, gas masih menjadi andalan sebagai bahan bakar yang lebih bersih dibandingkan dengan batu bara dan sangat dibutuhkan sebagai peaker untuk pembangkit listrik.
Kedelapan, untuk jangka panjang, beberapa perusahaan teknologi akan bersaing untuk menghasilkan disruption technologies yang ramah lingkungan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahan migas dunia.