Jakarta, Ruangenergi.com – Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM, mengungkapkan, pihaknya bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan berkoordinasi dan melakukan penelitian serta pengembangan bersama, salah satu pemanfaatan gas Biogenik.
Hal tersebut diungkapkan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM, beberapa waktu lalu.
“Kami selalu berkoordinasi dengan BPPT dan kedepan 2021 juga akan dilakukan hal yang sama untuk melakukan penelitian dan pengembangan,” jelas Dadan (13/09).
Ia mengatakan, sebenarnya dari dulu gas Biogenik sudah ada, akan tetapi para peneliti Balitbang ESDM menyampaikan bahwa kalau dulu gas biogenik dianggap sebagai risiko. Jadi pengeboran dihindari untuk wilayah-wilayah seperti itu, kita punya datanya selama proses pengeboran minyak.
Akan tetapi, saat ini gas Biogenik bisa menjadi alternatif sektor Migas, karena biaya eksplorasi dan pengeboran yang sangat murah, berada dibawah kurang dari 1.000 meter. Tentunya hal ini mendapat respon baik dari para Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi (KKKS), dan menjadi solusi jangka pendek yang akan Pemerintah lakukan.
“Sekarang yang sedang kita lakukan adalah membuka data-data tersebut, melihat apakah ada potensi biogenik. Ini menjadi menarik karena kedalamannya dibawah 1.000 meter, secara umum 300-700 meter,” papar Dadan.
Ia menegaskan, pasalnya gas Biogenik tersebut juga bisa langsung dimanfaatkan tanpa harus masuk ke refinery.
“Gas yang dihasilkan juga bersih dan dapat langsung digunakan, tidak perlu masuk refinery. Karena lebih dangkal, biayanya juga lebih murah, sehingga kami melihat ini menjadi sesuatu yang sangat potensial untuk jangka pendek, dan beberapa sudah mulai direspon oleh KKKS,” jelas Dadan.
“Sebetulnya sudah ada yang produksi, dan sudah menghasilkan sekitar 70 MMscfd. Kami masih akan melanjutkan tahun depan untuk kegiatan ini,” imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, untuk pertama kalinya, Balitbang Kementerian ESDM, melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), melakukan penelitian pada 2017 lalu dan menemukan potensi gas Biogenik di wilayah Bali Utara.
Selain Bali Utara, setidaknya ada 10 cekungan lainnya yang direkomendasikan untuk diteliti oleh P3GL, yaitu Cekungan Sibolga, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Utara Jawa Barat, Utara Jawa Timur.
Selain itu, Barito, Kutai, Tarakan, Sengkang dan Waipoga. Tujuh cekungan terbukti mengandung gas biogenik dan tiga cekungan berada di area terpencil.
Potensi gas biogenik terdapat juga di beberapa sumur yang telah berproduksi di Cekungan Utara Jawa Timur. Lokasinya berbatasan with size 5 Cekungan Bali di perairan Bali Utara.
Sumur bor Terang-1 mengindikasikan potensi gas biogenik pada Formasi Mundu. Gas biogenik sebenarnya bukan menjadi target dalam eskplorasi sumur migas. Karena letaknya yang dangkal dan mudah ditemui di kedalaman 300-700 meter, hal itu membuat Pemerintah mebgambil sikap untuk segera dilakukan penelitian.
Setelah dilakukan penelitian, gas Biogenik tersebut rupanya dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar salah satu pembangkit listrik.
Hasil penelitian potensi gas biogenik ini bisa diusulkan sebagai kandidat wilayah kerja migas di masa mendatang. Dengan begitu, bisa menambah sumber daya gas di Indonesia.
Selain itu, potensi gas Biogenik cukup rasional diunggulkan sebagai bahan bakar murah pengganti BBM.
Hal lain yang akan muncul sebagai multi efek dari pemanfaatan gas biogenik ini adalah perubahan pandangan masyarakat bahwa gas biogenik yang asalnya dianggap sebagai gas beracun dan berbahaya, akan berubah menjadi berkah jika dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber energi baru yang murah dan ramah lingkungan, sehingga lambat laun akan menghilangkan ketergantungan energi BBM bagi masyarakat di kawasan pesisir yang terpencil.