Dirjen Migas

Pemerintah Optimis Target 1 Juta Barel di 2030 Tercapai

Jakarta, Ruangenergi.comKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan keseriusannya untuk mencapai target lifting minyak 1 juta barel dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030 mendatang.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, ketika mendampingi Komisi VII DPR dalam Kunjungan Kerja ke Pertamina EP Asset 3 Subang Field.

“Pemerintah sangat serius tentang target tahun 2030 di mana produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 miliar standar kaki kubik.  Kita bekerja dari hari ke hari, minggu ke minggu untuk bisa mendetailkan program ini,” ungkap Tutuka, Kamis (28/1).

Ia menjelaskan, guna mencapai target tersebut Pemerintah telah memilih sejumlah lapangan yang akan ditingkatkan produksinya dan teknologi yang paling tepat untuk digunakan.

“Kita bergerak dari satu strategi ke strategi lainnya. Kami sadar betul perlu banyak strategi untuk mencapai target lifting migas ini,” papar Tutuka.

Investasi migas

ia juga mengungkapkan strategi yang digunakan Pemerintah dalam meningkatkan produksi migas, antara lain mempertahan produksi saat ini agar penurunannya tidak drastis.

Meski hal ini tidak mudah karena sebagian besar lapangan migas di Indonesia merupakan lapangan tua, akan tetapi, pihaknya optimis target produksi lifting migas di 2030 dapat tercapai.

“Produksi minyak kita 705.000 barel per hari di mana pada saat ini 80% berasal dari lapangan tua dan itu sangat tidak mudah (mengelolanya). Kami sangat mengapresiasi KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) termasuk Pertamina yang berupaya keras untuk mempertahankan produksi,” kata Tutuka.

Sedangkan, lanjut Tutuka, untuk kondisi cadangan dan potensi gas Indonesia, dapat dikatakan lebih baik dibandingkan minyak. Beberapa proyek gas yang masih terkendala saat ini, diharapkan dapat segera diselesaikan dan bisa berproduksi sesuai target. Misalnya, Blok Masela dan IDD.

Di luar proyek-proyek tersebut, imbuhnya, Indonesia masih memiliki cadangan gas yang besar sejak 40 tahun lalu dan hingga saat ini belum dikomersialkan yaitu Blok East Natuna.

Menurutnya, apabila dapat diproduksi, diperkirakan dapat menambah lifting sebanyak 3 miliar standar kaki kubik selama 25 tahun.

Namun demikian, Tutuka menyadari, untuk memproduksikan gas dari blok tersebut tidak mudah karena kandungan CO2-nya sangat tinggi dan bahkan dapat dikatakan satu-satunya di dunia. Apabila potensi tersebut mampu dimanfaatkan, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi.

“Sesungguhnya Indonesia memiliki pengalaman yang sangat panjang dalam industri migas ini yaitu sudah 125 tahun. Dan kita perlu tunjukkan kemandirian enegi kita (dengan memanfaatkan potensi migas),” imbuh Tutuka.

Tutuka meyakini bahwa target lifting migas tersebut dapat tercapai apabila ada kerja kerja keras dan kerja sama dengan semua pihak.

“Kita harus bekerja tidak seperti biasanya dan kalau kita ikhlas, pasti ada jalan keluarnya,” tandas Tutuka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *