Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai melakukan pengeboran eksplorasi panas bumi di Wilayah Kerja Panas Bumi Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Dalam acara Peresmian Tajak Pengeboran Slim Hole Panas Bumi Sumur CKK-01, Menteri ESDM, Arifin Tasrif, yang hadir secara langsung mengatakan, kegiatan pengeboran eksplorasi sumur panas bumi ini dilakukan untuk mengetahui potensi sumber daya panas bumi dilokasi tesebut.
“Ini adalah satu momentum pertama kali ini pekerjaan tajak panas bumi dengan program slim hole yang dilakukan oleh pemerintah. Intinya adalah untuk bisa mengidentifikasi sumber daya panas bumi yang ada di lokasi ini,” terang Arifin, (03/09).
Ia menambahkan, pasalnya Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 23.000 Megawatt (MW), akna tetapi baru sekitar 2.100 MW yang dimanfaatkan, artinya potensi yang ada masih melimpah. Terlebih lagi, saat ini dunia menuntut penggunaan energi bersih, Panas Bumi adalah salah satu energi bersih yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai target penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% di 2025, sebagaimana yang ditargetkan Pemerintah.
“Indonesia mempunyai potensi 23.000 MW geothermal seluruh Indonesia yang baru dimanfaatkan 2.100 MW masih banyak lagi yang harus kita lakukan, harus kita manfaatkan,” kata Arifin..
Menurutnya, tuntutan dunia saat ini adalah menggunakan energi yang bersih menggantikan sumber energi fosil.
“Karena energi fosil menghasilkan emisi karbon yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim, temperatur dunia makin meningkat tiap tahun, sehingga menyebabkan pelelehan di sumber-sumber yang ada, dan ini akan menyebabkan peningkatan permukaan air laut,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, tuntutan dunia itu harus direspons dengan baik. Sebetulnya program ini ada di delapan lokasi. Namun, karena keterbatasan dilakukan di dua lokasi yakni di Sukabumi, Jawa Barat dan Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Arifin berharap dengan adanya program pengeboran slim hole panas bumi ini dapat menghasilkan data-data yang akurat dan menarik minat investor.
“Pekerjaan ini diharapkan selesai dalam waktu 2 hingga 3 bulan. Jadi sebagai disampaikan Pak Kepala Badan Geologi (Eko Budi Lelono) pekerjaan ini akan memakan waktu kurang lebih 2 sampai 3 bulan. Dan 2-3 bulan itu kita bisa menghasilkan data-data yang lebih akurat dan ini akan bisa memastikan investor untuk bisa berinvestasi. Ini satu baru tahap awal,” bebernya.
Dengan adanya program eksplorasi panas bumi yang dilakukan oleh pemerintah ini diharapkan harga listrik yang dihasilkan dari panas bumi dapat lebih ekonomis. Sebagaimana diketahui, tahap eksplorasi merupakan tahap yang sangat krusial dan memerlukan biaya investasi yang cukup besar
“Tujuannya adalah dengan data-data yang lebih clear, yang lebih jelas, ini akan memberikan kemudahan dari investor untuk bisa melakukan kajian-kajian keekonomiannya dan akan memberikan manfaat bahwa tarifnya akan lebih ekonomis,” tutup Arifin.