Jakarta, Ruangenergi.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan Pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong transisi energi.
Dalam gelaran launching International Youth Summit Renewable Energy 2021 (IYSRE 2021) Webinar Essay Competition yang diselenggarakan oleh Society of Renewable Energy (SRE), komunitas EBT mahasiswa yang tersebar di 34 perguruan tinggi di Indonesia, Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengungkapkan, penggunaan minyak bumi untuk transportasi terus ditekan salah satunya melalui pemanfaatan kendaraan listrik dan penggunaan kompor listrik untuk keperluan rumah tangga menggantikan peran minyak dan gas.
“Indonesia memiliki target penurunan emisi dari kegiatan meliputi transportasi, kelistrikan, dan industri pada tahun 2030 sebesar 314 juta ton karbondioksida,” jelas Arifin.
Ia melanjutkan, guna mencapai target tersebut, Indonesia harus melakukan mitigasi antara lain melalui penggunaan energi terbarukan, konservasi energi, pembangkit energi bersih, fuel switching, serta reklamasi pasca tambang.
Sementara, langkah lainnya dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang berfokus kepada transisi pengurangan pemakaian energi fosil lalu digantikan dengan energi terbarukan yang tentunya ramah lingkungan.
“Target transisi energi kami ditetapkan dengan target yang ambisius menuju energi bersih. Pengembangan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) akan coba kami percepat, karena investment costnya lebih murah hingga 1,3 kali dari energi lainnya, lalu sudah diproduksi dalam bentuk modul-modul jadi mudah untuk pemasangannya,” paparnya.
Menurutnya, pengembangan PLTS skala besar dengan besaran kapasitasnya sebesar 5,432 Mega Watt yang akan dibangun dari tahun 2021-2030 ditargetkan menurunkan emisi hingga 7,96 juta ton karbondioksida.
Beberapa proyek telah dijalankan seperti kick off PLTS terapung Waduk Cirata sebesar 145 MWp yang ditargetkan akan selesai pada tahun 2022.
Tak hanya itu, Arifin menjelaskan, pengembangan PLTS atap juga menjadi fokus dengan target dari tahun 2021-2030 sebesar 2,145 Giga Watt yang ditargetkan dipasang pada bangunan dan fasilitas milik BUMN, industri dan bisnis, rumah tangga, konsumen PLN, kelompok sosial, dan gedung pemerintah.
“Tahun 2020 dari kementerian ESDM sudah melakukan konversi yaitu menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel yang biasanya dipakai untuk melistriki daerah-daerah timur, kita gantikan pembangkitnya yang awalnya menggunakan diesel diganti dengan gas. Total terdapat 2.130 daerah tersebar di seluruh Indonesia, yang nantinya dalam jangka Panjang akan dicari potensi energi baru terbarukan apa yang bisa dimanfaatkan di daerah-daerah tersebut,” imbuhnya.
Lebih jauh, Arifin mengemukakan bahwa dalam rangka mengurangi penggunaan batu bara pada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), saat ini sedang dikembangkan teknologi co-firing biomassa.
Selain itu, guna mengurangi timbunan sampah, Kementerian ESDM sedang mengembangkan Refuse Derived Fuel (RDF) yaitu bahan bakar yang berasal dari limbah rumah tangga, industri, pertanian dan juga kegiatan lainnya.
“Teknologi RDF ini tentunya dapat menambah daya serap tenaga kerja,” tutup Arifin.
Bangun Kebun PLTS
Sebelumnya, Pemerintah berencana mengembangkan taman panel surya atau surya park di wilayah Indonesia Timur.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan, konsep pembangunan solar park merupakan bagian dari pengembangan PLTS skala besar di lahan yang luas.
“Kami merencanakan bangun solar park, seperti yang ada di Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Portugal, dan Arab Saudi. Satu hamparan besar isinya solar panel saja,” katanya.
Ia mengembangkan, lokasi pengembangan solar park akan dipusatkan di Indonesia Timur dengan memanfaatkan wilayah-wilayah yang kering, memiliki radiasi sinar matahari yang bagus, dan cerah hujan rendah.
“Makin ke timur, khususnya di daerah-daerah yang kering, sinar matahari bagus, jarang hujan,” jelas Dadan.
Rencana pengembangan ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan PLTS secara massif. Di mana, Kementerian ESDM mencanangkan target peningkatan kapasitas PLTS mencapai 17.687 Mega Watt (MW) pada 2035.
Pengembangan PLTS secara masif didorong lantaran saat ini harga keekonomian PLTS sudah sangat kompetitif dan mampu bersaing dengan pembangkit fosil seperti PLTU.