PEP DMF Inisiasi Sekolah Lapang Pertanian Tudang Sipulung

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Banggai, Sulteng, ruangenergi.com– Sebagai upaya mendukung program ketahanan pangan di wilayah ring satu perusahaan, PEP Donggi Matindok Field (PEP DMF) Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, melakukan kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dengan menginisiasi Sekolah Lapang Pertanian.

Bermitra dengan Sircular Center Indonesia (SCI), kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Kayowa pada Jumat (11/7/2025) menghadirkan perwakilan dari delapan kelompok petani komoditi jagung. Jagung merupakan komoditas pertanian yang penting yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia dan juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri. Jagung memiliki banyak produk turunan dan potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai komoditas masa depan.

Program ini berkontribusi mendukung pencapaian agenda internasional Sustainable Development Goals utamanya tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan tujuan 15 Kehidupan di Darat.

“Petani selama ini menjalankan profesinya secara turun temurun dan menggunakan naluri. Sedangkan saat ini perubahan cuaca dan juga penurunan kualitas lingkungan yang menimbulkan berbagai masalah pertanian terkait dengan juga membutuhkan pengetahuan formal. Saya sangat bersyukur petani kami bisa mendapatkan ilmu untuk bertahan dan bahkan mampu produktif di tengah berbagai permasalahan yang ada,” tutur Kades Kayowa Ali Dg Marowa.

Sekolah Lapang merupakan bagian implementasi dari Program Bioferdom yakni penerapan pupuk organic dari produk samping berupa biosulfur padat yang terdiri atas unsur sulfur elementer. Biosulfur ini berasal dari Biological Sulphur Recovery Unit (BSRU) yang merupakan unit pemrosesan natural gas dengan penggunaan bakteri Thiobacillus sp.

Tudang Sipulung adalah sebuah tradisi musyawarah masyarakat Bugis untuk mencapai kesepakatan bersama dalam menyelesaikan suatu masalah. Secara harfiah, Tudang Sipulung berarti “duduk berkumpul” dalam bahasa Bugis.

Field Manager Donggi Matindok Ridwan Kiay Demak mengatakan metode pembelajaran non-formal di bidang pertanian yang dilakukan di lapangan merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan petani terutama di wilayah ring satu.

“Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani agar dapat mengelola usaha tani mereka secara lebih efektif dan berkelanjutan. Implementasinya di Indonesia melibatkan berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani,” tutur Ridwan.

Tenaga Pendamping SCI Muh Syair yang menjadi pengajar sekolah lapang mengatakan ini merupakan langkah awal yang dilakukan untuk peningkatan pengetahuan petani. Memang diakui, tantangan yang dihadapi adalah komitmen petani untuk menyediakan waktu hadir karena jauhnya akses lokasi lahan.

“Petani bukan sekedar profesi tapi juga penyangga kehidupan. Melalui pendampingan ini, kita tidak hanya menabur ilmu tapi juga sebuah harapan untuk perubahan. Untuk itu, kami berkomitmen melanjutkan Sekolah Lapang baik di lokasi formal seperti di kantor desa ini ataupun harus mendekat ke lokasi lahan petani supaya semakin banyak petani yang dapat merasakan manfaat dari program ini,” ujarnya.