Jakarta, ruangenergi.com- PT Pertamina EP Cepu bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) berupaya menyelesaikan kendala teknis yang dihadapi dalam penyaluran gas lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) di Blok Cepu, Jawa Tengah.
Alasannya, dari sisi market/buyers sampai saat ini belum juga bisa menyerap semua gas dari JTB.
“Memang betul prod gas dari JTB masih ada sedikit kendala teknis. Namun dari sisi market/buyers, sampai saat ini juga belum bisa menyerap semua gas dari JTB. Baru sekitar 60-65%,” kata Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu – Regional 4 Indonesia Timur Endro Hartanto dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Kamis (12/10/2023) di Jakarta.
Endro bercerita, karena bisnis gas ini unik & regulated, maka PEPC sebagai anak perusahaan bersama-sama dengan Pertamina group yang lain, SKK Migas & pemerintah, sedang menyelesaikan hal ini.
“Ini agar dapat menyelesaikan balancing antara producer’s & buyer’s. Paling cepat Q-2 2024, tapi kondisi ini sangat tergantung & dipengaruhi oleh dinamika ecosystem di bisnis gas itu sendiri.Dan yang tidak kalah penting, geopolitik ke depannya,” ungkap Endro.
Dalam catatan ruangenergi.com, produksi gas dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Jambaran Tiung Biru (JTB) hingga kini belum optimal. Alasannya, serapan dari industri pengguna baru mencapai 110 juta standar kaki kubik gas (MMscfd).
Direktur Pengembangan dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Awang Lazuardi menuturkan, kontrak 110 MMscfd itu sepenuhnya berasal dari PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) atau PGN untuk disalurkan lebih lanjut kepada pelanggan.
“Kita perlu juga market yang berkelanjutan dengan rate tinggi supaya kami juga bisa tes reability alat kami karena ini peralatan baru,” kata Awang kepada awak media di Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Sementara itu, kapasitas produksi gas dari lapangan ini diestimasikan dapat mencapai 192 MMscfd. Beberapa konsumen potensial lainnya yang berencana untuk membeli gas dari proyek JBT, di antaranya perusahaan pupuk PT Petrokimia Gresik dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.