Anggota DEN

Peran Generasi Muda dalam Transisi Energi di Indonesia

Jakarta, Ruangenergi.com – Generasi muda bisa menjadi key leader dalam kolaborasi multi-nasional dan juga dapat menjadi salah satu faktor utama untuk menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi rendah karbon yang berkelanjutan.

Hal tersebut dikatakan oleh Anggota DEN (Dewan Energi Nasional) Satya Widya Yudha menjadi salah satu narasumber dalam Talkshow Energy Nasional “The Urgency of Energy Transition in Indonesia” yang diselenggarakan secara daring oleh UPN “Veteran” Yogyakarta.

Dalam gelaran acara tersebut juga turut hadir narasumber lainnya antara lain Khoiria Oktaviani yang mewakili Biro KLIK Kementerian ESDM dan Bagus Krisna Tandia selaku perwakilan dari Star Energy Geothermal Group.

Mohammad Irhas Effendi, Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta dalam kesempatan opening speechnya menyampaikan harapannya dalam acara ini energi merupakan salah satu poin penting dalam pembangunan ekonomi nasional

“Transisi energi dari fosil ini penting dilakukan salah satunya untuk mempertahankan ketahanan energi nasional. Bahwa terbatasnya energi fosil ini mendorong kita untuk melakukan transisi energi ke energi baru dan terbarukan,” ujarnya.

Berbeda dari sebelumnya, dalam kesempatan paparannya, Satya menekankan peran penting generasi muda dalam transisi energi.

Ia menyebut tujuh (7) poin peran yang dapat dilakukan antara lain ikut terlibat secara langsung dan memberikan sumbangsih dalam pengembangan EBT, membantu sosialisasi pentingnya penggunaan EBT, menciptakan inovasi-inovasi di bidang EBT, memanfaatkan limbah menjadi berkah, memanfaatkan potensi setempat menjadi bahan bakar, melakukan pendampingan masyarakat dalam pengembangan EBT, mengembangkan start up untuk aplikasi penghematan energi.

Lebih lanjut Satya mengutip pernyataan Menteri ESDM selaku Ketua Harian DEN yang menyebut bahwa transisi energi telah membuka peluang berkarya dalam pengembangan sumber energi bersih serta mencegah perubahan iklim.

“Generasi muda bisa menjadi key leader dalam kolaborasi multi-nasional dan juga dapat menjadi salah satu faktor utama untuk menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi rendah karbon yang berkelanjutan,” katanya.

Satya kembali menekankan pidato Presiden Republik Indonesia dalam pertemuan COP 26 yang tiga poin utamanya adalah pengembangan industri kendaraan listrik kemudian pembangunan solar cell yang terbesar di asia tenggara serta pengembangan Green Industrial Park di Kalimantan Utara.

“Kedua menurut Bapak Presiden tentunya ini membutuhkan dukungan internasional dan kontribusi dari Negara maju,” paparnya.

Pesan terakhir yaitu pembiayaan iklim dengan pendanaan dari negara maju merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara berkembang.

Sementara itu Khoiria Oktaviani yang mewakili Biro KLIK Kementerian ESDM menuturkan bahwa pemuda pemudi di Indonesia tentunya harus siap mengambil peran dalam transisi energi di Indonesia.

“Memang dalam perjalanannya banyak tantangan dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia antara lain level berbeda antara EBT dan energi fosil, kemudian energi yang harus murah, lalu keraguan teknis pada EBT, dan yang terakhir kepedulian terhadap EBT masih rendah,” tutupnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *