Jakarta,ruangenergi.com– Naiknya harga minyak selalu diikuti dengan naiknya biaya kapital sektor hulu migas.Apalagi harga minyak dunia naik imbas dari berlangsungnya perang Rusia-Ukraina di pertengahan Februari 2022 ini.
Walau ini urusan supply demand saja, makin naik harga minyak, makin banyak company/kontraktor kontrak kerjasama migas (K3S) yang mau ngebor, sementara supply rig nya belum bertambah, maka otomatis harga sewa nya naik.. begitu juga kegiatan hulu migas lainnya.
“Kalau peristiwa geopolitik, selalu diikuti dengan lonjakan harga (spike), setelah konflik mereda harga akan menuju keseimbangan lagi..dalam jangka pendek, belum ada dampak signifikan, masih observasi perkembangan oil market.Biasanya begitu… kalau melihat peristiwa invasi di masa lalu, harga langsung terbang.. karena kepanikan, setelah itu stabil lagi..” kata Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara dalam bincang santai virtual bersama ruangenergi.com, Kamis petang (24/02/2022) di Jakarta.
Benny yang lama berkantor di OPEC, Wina, berkata:
“Harga naik…momentum positif untuk mempercepat kegiatan pemboran karena bisa langsung dirasakan manfaatnya..”
Profesor Tutuka Ariadji yang kini menjabat sebagai Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Ditjen Migas Kesdm) mengatakan, karena impor minyak mentah Indonesia sebagian besar dari Saudi Arabia dan negara-negara Afrika, sedangkan ekspor minyak mentah dan gas Rusia sebagian besar ke Eropa, maka diperkirakan tidak berdampak langsung pada sisi pasokan.
Namun, invasi Rusia yang sudah berlangsung akan terus mendorong tingginya harga minyak.
Dengan kondisi ini industri hulu tanah air diuntungkan sehingga perlu segera mengimplementasikan program-program menaikkan produksi yang tertunda karena keekonomian yang belum memadai.
“Saat ini tidak ada alasan untuk menunda,” kata Tutuka kepada ruangenergi.com, Kamis (24/02/2022) di Jakarta.
Dilain pihak, lanjut Tutuka,kondisi harga minyak yang sangat tinggi ini sangat memberatkan industri hilir di tanah air. Karena harga minyak mentah yang tinggi mengakibatkan harga produk kilang yang tinggi, tetapi tidak bisa serta merta diikuti dengan menaikkan harga produk-produk kilang tersebut pada tingkat keekonomiannya.