Jakarta,ruangenergi.com– PT Pertamina (Persero) mendukung kebijakan pemerintah untuk penggunaan B40 dengan skema 30% FAME + 10% HVO/D-100.
Penggunaan HVO memiliki keunggulan karena memiliki kandungan air dan acid number yang sangat rendah selayaknya solar murni, serta kualitas cetane number 1.5 kali lebih tinggi dibanding solar murni.
“Saat ini, Pertamina telah siap dengan produk D-100 yang diproduksi di Cilacap dan telah memiliki rencana untuk mengembangkan kapasitas kilang di Cilacap dan Plaju untuk menjawab kebutuhan di masa datang,” kata Vice President Corporate Communications Pertamina Fajriyah Usman kepada ruangenergi.com, Sabtu (26/03/2022) di Jakarta.
Dalam catatan ruangenergi.com,Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengusulkan agar kebijakan B40 baru diimplementasikan 2025, mundur dari target pemerintah yang akan menerapkan tahun ini. Alasannya, pabrikan otomotif memerlukan waktu paling cepat 36 bulan untuk mengembangkan mesin dan komersialisasi kendaraan B40.
Berdasarkan data Gaikindo, pabrikan mobil akan mengeluarkan dua prototipe setiap tahun. Prototype itu akan dikeluarkan dalam jangka waktu dua tahun sejak penetapan aturan B40. Sementara kendaraan final akan diterbitkan enam bulan sebelum implementasi B40 di lapangan.
“Kami butuh lead time dan (hasil) studi (B40) untuk bisa dikonfirmasi di jalan. Regulasi (B40) harus disertai arahan (yang diinginkan pemerintah),” kata Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara dalam Konferensi Biodiesel Sawit Ke-3, Kamis (24/3/2022).
Selain waktu tenggang, Kukuh berharap agar regulasi B40 dapat sejalan dengan aturan pemerintah terkait produksi otomotif sebelumnya, yaitu implementasi Euro 4 untuk kendaraan bermesin diesel pada 7 April 2022. Oleh karena itu, Kukuh mengusulkan agar peningkatan campuran minyak sawit menjadi B40 dapat kompatibel dengan standar Euro 4 atau standar yang lebih tinggi. Kukuh berharap setidaknya hasil campuran B40 dapat kompatibel dengan mesin kendaraan eksisting di jalan.
Ia menyebutkan, bahwa progress B40 sedang dalam tahap pengembangan spesifikasi bahan bakar. Beberapa spesifikasi yang diperhatikan dalam B40 adalah cloud point, water content, acid number, dan monoglycerides.
“Spesifikasi bahan bakar akan menentukan apakah pabrikan otomotif dapat menyesuaikan dengan B40 atau tidak. Selain itu, hasil dari spesifikasi bahan bakar dinilai akan berpengaruh pada road rest. Jadi, dari itu (spesifikasi bahan bakar) kami mendapatkan banyak informasi (tentang) apa yang harus disesuaikan, dikembangkan, dan lainnya,” papar Kukuh.