Kuala Lumpur, Malaysia, ruangenergi.com— PT Pertamina Hulu Energi (PHE) makin serius ngebut di proyek Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Tapi, PHE juga ngingetin kalau keberlanjutan proyek ini butuh pengelolaan risiko yang matang biar tetap bankable alias layak investasi.
Hal itu disampaikan Direktur Manajemen Risiko PHE, Whisnu Bahriansyah, dalam sesi presentasi bertajuk “Managing CCUS Risk and Liabilities: Enabling Bankable Projects for a De-carbonized Future” di ajang Asia Pacific CCUS Conference & Exhibition 2025, Kuala Lumpur, Rabu (27/8/2025).
“Meski ada lebih dari 600 proyek CCS di dunia, tantangan masih banyak—dari sisi teknologi, biaya, keterbatasan kapasitas, sampai tantangan bisnis,” ujar Whisnu.
PHE sendiri udah punya 13 proyek CCS/CCUS aktif dengan potensi kapasitas penyimpanan karbon mencapai 7,3 Giga Ton (GT). Ke depan, PHE bakal ngembangin klaster bisnis CCS/CCUS dengan end-to-end process sekitar 60 MTPA (metrik ton per tahun).
Whisnu menegaskan, CCS/CCUS bakal jadi kunci buat nurunin emisi energi Indonesia sampai 69% pada 2030, sekaligus mendukung komitmen Net Zero Emission 2060.
Lebih jauh, Pertamina Group lagi nyiapin model bisnis CCS/CCUS terintegrasi—mulai dari penangkapan karbon, transportasi, kompresi, sampai penyimpanan. Bahkan, nggak cuma untuk domestik, tapi juga siap buka pasar regional lewat konsep CCS-as-a-service.
“Intinya, PHE akan jadi penghubung antara sumber emisi dan lokasi penyimpanan lewat pembangunan infrastruktur transportasi CO₂ darat maupun laut, plus penyimpanan geologi,” jelasnya.
Whisnu juga mengingatkan, CCS/CCUS bukan solusi instan. “Butuh regulasi kuat, sinkronisasi lintas sektor, sampai insentif yang bikin industri lebih tertarik. Kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan mitra global itu kuncinya,” tegasnya.
Forum ini sendiri jadi ajang penting, dihadiri 500 peserta dari 20 negara, yang semuanya punya visi sama: dorong energi rendah karbon untuk masa depan.