Jakarta, Ruangenergi.com – Untuk menjaga ketahanan energi dan menjamin keterjangkauannya, PT Pertamina (Persero), menempuh strategi mempertahankan bisnis minyak dan gas, dengan tetap melihat potensi energi baru terbarukan.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Nicke Widyawati dalam forum Leadership Dialogue Energi Asia, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (04/7/2023).
“Untuk mengurangi emisi, Pertamina melakukan dekarbonisasi dalam kegiatan operasional untuk memastikan bahwa dalam jangka pendek, transisi energi tidak akan mengganggu ketahanan energi. Namun di sisi lain, kita masih bisa mencapai target pengurangan emisi karbon,” kata Nicke
Pertamina, kata Nicke juga membangun dan memperkuat infrastruktur gas di seluruh rantai dari hulu, tengah, hingga hilir. Hal ini sesuai dengan target pemerintah dimana porsi gas dalam bauran energi ditingkatkan secara bertahap.
“Dengan wilayah yang terdiri dari 17 ribu pulau, pengembangan infrastruktur gas diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas bagi seluruh penduduk,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, percepatan transisi energi di Indonesia bukan hanya upaya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga untuk mewujudkan ketahanan energi.
“Di era transisi energi, negara-negara di Asia Selatan termasuk Indonesia memiliki peluang besar karena dikaruniai alam dengan sumber energi primer hijau yang melimpah. Sumber daya ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ekosistem bisnis rendah karbon,” papar Nicke.
“Untuk mewujudkan itu, Pertamina telah mengalokasikan 15 persen dari total belanja modal untuk pengembangan portofolio bisnis rendah karbon/hijau, jauh lebih tinggi dari rata-rata perusahaan energi lainnya,” lanjut dia.
Dekarbonisasi dan Efisiensi Energi
Sementara itu, beberapa inisiatif yang telah dan akan terus dilaksanakan Perseroan antara lain dekarbonisasi dan efisiensi energi yang telah berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 31 persen serta implementasi teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dengan injeksi C02 perdana di Lapangan Pertamina EP Jatibarang,
“Selain itu juga mengembangkan kilang hijau, pengembangan energi geothermal yang saat ini telah mencapai kapasitas terpasang sebesar 1.877 megawatt, memproduksi biodiesel, dan lain-lain,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Pertamina melibatkan masyarakat dengan mengembangkan Desa Mandiri Energi di 47 Desa di Indonesia karena Perseroan tidak bisa melakukannya sendiri.
“Oleh karena itu, kami membuka diri untuk kolaborasi global bersama seluruh peneliti, penemu dan para ahli dari universitas dan akademisi, perusahaan, kementerian, hingga masyarakat melalui UMKM,” katanya menambahkan.
Pertamina berharap kerja sama tersebut akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Dengan meningkatnya permintaan terhadap produk-produk budaya lokal, UMKM akan mengalami peningkatan penjualan dan pendapatan.
“Kolaborasi ini mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan sektor pariwisata, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Perseroan sebagai pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen dalam mendukung target Emisi Nol Bersih 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
“Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina,” pungkasnya.(SF)