Pertamina Siap Kembangkan Ekosistem Baterai EV Demi Optimalkan Nikel Indonesia

Davos,ruangenergi.com-PT Pertamina (Persero) bertekad untuk terus berperan secara
signifikan dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan
mengoptimalkan sumber daya di dalam negeri.

Pertamina juga siap berkolaborasi dengan pihak lain dari berbagai negara untuk
mengembangkan baterai EV dan mengoptimalkan infrastruktur yang dimiliki

“Kami yakin dengan cadangan nikel di Indonesia, kami bisa memproduksi baterai dan
meningkatkan penetrasi EV,” Nicke Widyawati di Paviliun Indonesia, World Economic Forum,
di Davos.

Menurutnya, Pertamina memiliki infrastruktur yang bisa dioptimalkan untuk penetrasi EV serta
memiliki data segmentasi karakteristik, mobilitas, dan kemampuan membeli.Selain itu, Pertamina juga memiliki lebih dari 7.400 SPBU, 6.100 Pertashop, dan 63.000 outlet LPG.

Komitmen ini sejalan dengan rekomendasi yang diajukan oleh Gugus Tugas Energi, Keberlanjutan dan Iklim B20 (Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate / B20-TF ESC) yang salah satunya mengajukan rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV).

“Kami mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan dan aksi kebijakan, terutama bagaimana mempercepat penetrasi EV di setiap negara,” ujar Nicke Widyawati yang juga menjabat sebagai Ketua B20-TF ESC selama G20 tahun 2022.

Dalam acara yang bertema “Indonesia Economic Development Through Downstream Industries
and Inclusive Partnership”, Nicke mengungkap rekomendasi kebijakan tersebut antara lain
percepatan penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, serta
meningkatkan ketahanan energi.

Untuk mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, kata Widyawati, Pertamina menargetkan
efisiensi energi, dengan elektrifikasi menjadi faktor penentu keberhasilan.

“Ada target efisiensi energi sisi permintaan, bagaimana mengelola efisiensi energi dari sisi
permintaan, dan kami percaya elektrifikasi menjadi faktor kunci keberhasilan,” katanya.

Selain itu, Nicke juga menyoroti perlunya pembiayaan, terutama dari negara maju, mengingat
transisi energi ke energi terbarukan membutuhkan investasi modal yang sangat besar. Sehingga
diperlukan dukungan investasi dari negara maju.

Lalu, rekomendasi kebijakan kedua, adalah perlunya memastikan transisi yang adil dan
terjangkau.

Dalam rekomendasi tersebut, Nicke menyoroti perlunya mempersiapkan transisi
yang berkeadilan dari sektor yang terdampak transisi energi terhadap sektor terkait. Ia
menyebutkan perlunya memastikan praktik berkelanjutan dalam akses mineral untuk
membangun infrastruktur energi baru yang bersih dan rendah karbon, termasuk kendaraan listrik. Lalu rekomendasi ketiga adalah perlunya peningkatan ketahanan energi.

“Kami membutuhkankerangka kerja dan regulasi seperti insentif untuk mempromosikan dan mengakselerasi ekosistem EV,” kata Nicke.

B20-TF ESC adalah komunitas bisnis yang mendukung G20 dengan rekomendasi kebijakan
yang berdampak dan dapat ditindaklanjuti dari aspek bisnis. Memiliki lebih dari 150 anggota,
dengan delapan ketua bersama dipilih dari beberapa negara dengan jenis energi yang berbeda.

Sementara itu, Menteri Investasi//Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Republik Indonesia, Bahlil Lahadalia mengatakan pengembangan ekosistem EV di Indonesia
sudah dimulai dengan melibatkan perusahaan asing dan BUMN, termasuk Pertamina.

Setidaknya ada empat perusahaan yang memiliki rencana investasi di Indonesia untuk
mendukung pengembangan EV, antara lain LG, CATL, Foxconn, dan BritishVolt.
Menurut Lahadalia, pemerintah menyambut baik investor yang serius datang ke Indonesia
dengan memberikan kemudahan fasilitas perizinan dan insentif pajak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *