Jakarta Selatan, Jakarta, ruangenergi.com-PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) makin serius garap inovasi demi tingkatkan produksi minyak nasional. Kali ini, mereka siap tancap gas pakai teknologi kekinian bernama Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) atau pengurasan minyak lanjutan berbasis kimia.
Teknologi ini bakal mulai di-launching perdana Desember 2025 nanti di dua lokasi strategis: Lapangan Minas dan Balam South, Provinsi Riau. Tapi jangan buru-buru berharap hasil langsung ya—karena hasil produksinya baru bakal terasa sekitar Juni 2026.
“Tambahan produksinya diprediksi sekitar 1.500 sampai 2.000 barel per hari setelah 6 bulan injeksi,” ungkap Agus Masduki, Pejabat Sementara Petroleum Engineer Chemical CEOR PHR, dalam sesi media briefing di Jakarta (24/7/2025).
Kalau semua berjalan mulus, produksi bisa nembus 2.800 barel per hari di fase puncak. Dan itu baru dari tahap awal, lho! Kalau sukses, teknologi ini bisa diperluas ke sumur-sumur lain di wilayah Regional 1 Sumatra.
Langkah Serius, Biaya Juga Serius
Investasi buat teknologi ini gak kecil, tapi PHR udah kalkulasi matang. Biaya CEOR per barelnya sekitar US$ 40-50, lebih tinggi dibanding metode konvensional yang cuma US$ 20. Tapi kalau volume produksi meningkat, biaya per barel bisa ditekan.
“Semakin besar skala produksinya, makin efisien juga biaya per barelnya,” jelas Agus.
Teknologi CEOR ini dikembangkan bareng PT Pertamina Lubricants (PTPL). PHR optimis, jika full scale dijalankan di 2028, produksi bisa melonjak hingga 30.000–50.000 barel per hari. Sebagian besar bakal disumbang dari Lapangan Minas.
PHR: Juara Dua Produksi Minyak Nasional
FYI, PHR saat ini adalah kontraktor dengan produksi minyak kedua terbesar di Indonesia. Sampai akhir Juni 2025, angka lifting-nya tembus 155.000–160.000 bph. Dengan adanya CEOR, angka ini bakal makin ngebut naik!
So, siap-siap aja, teknologi CEOR ini bisa jadi game changer buat produksi migas nasional. Pantau terus perkembangan dari Rokan, siapa tahu jadi inspirasi buat transformasi energi Indonesia ke depan!