PIS Siap Jadi Pemain Kunci Angkutan Karbon, Dukung Indonesia sebagai Hub CCUS Asia Tenggara, Mantap!

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- PT Pertamina International Shipping (PIS) semakin mantap melangkah ke garis depan bisnis angkutan karbon. Anak usaha Pertamina ini menegaskan kesiapannya untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasok global Carbon Capture and Storage (CCS)/Carbon Capture, Utilisation and Storage (CCUS), sebuah teknologi yang krusial untuk menekan emisi.

Komitmen ini diungkapkan PIS dalam ajang bergengsi The 5th Asia CCUS Network Forum di Jakarta. PIS melihat peluang emas untuk menghubungkan para penghasil emisi, operator terminal, dan fasilitas penyimpanan karbon. Dengan armada dan infrastruktur yang dimilikinya, PIS ingin menjadi jembatan utama dalam mengangkut CO₂ terlikuidasi (LCO₂) lintas negara.

“Kami melihat peluang besar untuk berperan sebagai penghubung strategis. Kapabilitas armada dan infrastruktur kami memungkinkan PIS menjadi pemain kunci dalam pengangkutan LCO₂,” ujar Muthia Rizky Neldi, VP Business Development PIS.

Sebagai salah satu perusahaan pelayaran energi terkemuka, PIS kini mengoperasikan lebih dari 106 kapal, termasuk very large gas carrier (VLGC). Sebanyak 65 kapal di antaranya sudah melayani rute internasional di 63 jalur perdagangan global. Armada inilah yang menjadi fondasi PIS untuk melebarkan sayap ke sektor angkutan karbon.

PIS berencana mengoperasikan kapal pengangkut LCO₂ yang akan mengambil karbon dari berbagai sumber industri, seperti pembangkit listrik, kilang, dan pabrik amonia. Karbon tersebut nantinya akan diantar ke terminal penerima di darat, lalu disalurkan melalui pipa ke lokasi penyimpanan bawah laut.

Indonesia sendiri punya potensi besar dalam penyimpanan karbon, dengan Cekungan Sunda Asri yang diperkirakan mampu menampung sekitar 1,1 gigaton CO₂. Posisi geografis ini membuat PIS optimis Indonesia bisa menjadi pusat CCS/CCUS regional di Asia Tenggara.

Tak hanya menyiapkan armada, PIS juga fokus pada efisiensi dan dekarbonisasi melalui teknologi PIS-SmartShip. Hingga pertengahan 2025, 50% armada PIS sudah dilengkapi fitur SmartShip 2.0 yang mampu memantau emisi dan meningkatkan efisiensi operasional. Teknologi ini bahkan berhasil menghemat 324 ton bahan bakar dan 1.021 ton CO₂ dalam sebulan.

“Penerapan teknologi ini menjadi jembatan penting menuju kesiapan PIS dalam mendukung angkutan karbon. Kami tidak hanya menyiapkan kapal yang andal, tetapi juga sistem digital yang memastikan efisiensi energi dan pengurangan emisi,” tambah Muthia.

Partisipasi aktif PIS di forum ini juga menjadi bukti nyata kontribusi Indonesia dalam membangun ekosistem CCS/CCUS regional. Langkah ini sejalan dengan target Net Zero Emission Indonesia 2060 dan komitmen global untuk mengatasi perubahan iklim. Dengan strategi terintegrasi dari hulu ke hilir, PIS semakin memantapkan posisinya sebagai mitra logistik maritim yang andal dalam transisi energi global.