Jakarta, ruangenergi.com— Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Surya Darma, menyatakan PLN sangat serius mengulas masalah transisi energi.
Sebelumnya,Wadirut PLN Darmawan Prasodjo presentasi program PLN tentang Net Zero Emision tahun 2045 dan 2050, kini dimulai program Konversi PLTD ke Pembangkit EBT, melalui FGD pada 10 Mei 2021 yang diikuti lbh 450 peserta.
“METI juga diundang langsung oleh Dir Mega Proyek dan hadir. Dalam kesempatan ini PLN juga menyampaikan akan beralihnya PLTD dengan PLTS Baterai utk memberikan kehadalan suplai”,kata Surya Darma
Dalam media brifing secara virtual, Direktur Mega Proyek dan EBT Ikhsan Assad menegaskan komitmen PLN mengimplemenasikan cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting dengan total kapasitas terpasang 10,6 gigawatt (GW) di 52 pembangkit pada 2025. Total kebutuhan biomassa untuk program cofiring PLTN diperkirakan mencapai 9 juta ton per tahun.
“Cofiring PLTU merupakan upaya PLN untuk mempercepat pemenuhan bauran 23% energi baru terbarukan (EBT) pada 2025,” ujar Ikhsan Asaad
Lebih lanjut Ikhsan mengatakan program cofiring merupakan bagian dari ekosistem listrik kerakyatan karena menggerakkan masyarakat untuk menyiapkan feedstock biomassa dan pelet sampah.
Program cofiring PLN berbasis landbase melalui pemanfaatan hutan tanaman industri. Lahan kering yang termanfaatkan sehingga tidak merusak vegetasi dan ekonsistem eksisiting. Program ini akan menyerap tenaga kerja dan UMKM untuk berpartisipasi dalam tanaman industri.
“Diperlukan dukungan pemerintah untuk keberlanjutan pasokan biomassa, baik aspek ketersediaan maupun keekonomian,”pungkas Ikhsan
Sebagai informasi, saat ini sebanyak 11 pembangkit PLN telah mengimplementasikan cofiring dari target 52 PLTU. Pembangkit yang telah menerapkan cofiring adalah PLTU Paiton, Suralaya, Sanggau, Pacitan, dan Rembang. Selain itu, PLTI Lontar 3, Jaranjang, Anggrek, PLTU Suralaya, Labuan, dan Suralaya Unit 5-7.