Jakarta, Ruangenergi.com – PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (persero) mengungkapkan bahwa empat proyek energi hijau, yang meliputi energi surya dan energi bayu (udara), akan beroperasi pada 2025 untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) Indonesia.
Hal ini diungkapkan Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Senayan, Jakarta, Kamis kemarin.
“Sebagai kelanjutan pemenuhan komitmen PLN dalam meningkatkan bauran EBT di Indonesia, ke depan akan semakin banyak proyek pembangkit EBT PLN yang segera beroperasi,” ujarnya.
Keempat proyek yang akan beroperasi pada 2025, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling dengan kapasitas sebesar 60 megawatt (MW), PLTS Terapung Karangkates (100 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Timor (22 MW), dan PLTB Tanah Laut (70 MW).
Selain itu juga ada proyek PLTS Terapung Singkarak (50 MW) yang akan beroperasi pada 2026, serta PLTB Sulbagsel (60MW dan 70 MW) yang akan beroperasi pada 2027.
“Ke depan kami segera mengakselerasi seluruh pipeline pembangunan EBT yang sudah tercantum dalam RUPTL 2021–2030,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Darmawan juga menyampaikan bahwa pihaknya telah mengimplementasikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Hijau 2021–2030 dengan porsi EBT sebesar 20,9 gigawatt (GW) hingga 2030.
Rincian dari 20,9 GW energi baru terbarukan tersebut, yakni sebesar 10,4 GW dipasok oleh pembangkit hidro; kemudian 5,0 GW dari pembangkit surya dan bayu; biomassa sebesar 0,6 GW; geothermal atau energi panas bumi sebesar 3,4 GW; serta lainnya sebesar 1,5 GW.
“Nah, sampai dengan April 2024, PLN dengan upaya terbaiknya sudah memproses 17,5 GW pembangkit berbasis pada energi terbarukan,” kata Darmawan.
Dengan rincian, sebesar 5 GW dalam proses pendanaan; kemudian 7,8 GW dalam proses pengadaan; sebesar 3,46 GW dalam proses konstruksi; dan sebesar 1,1 GW sudah beroperasi. Sedangkan, sebesar 3,6 GW masih dalam proses perencanaan.
“PLN menegaskan kembali berkomitmen untuk mewujudkan transisi energi menuju Net Zero Emission 2060,” tutup Darmawan.(SF)