PLTU Banten 1 Suralaya Menopang 2% Kebutuhan Listrik Jawa Bali

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

PLTU Suralaya Unit-8 ini menjadi salah satu ponopang kebutuhan listrik Jawa-Bali sekitar 14% dimana PLTU Suralaya Unit 1-7 menyumbang 12 persen dan PLTU Banten 1 Suralaya sebesar 2 persen.

Cilegon, ruangenergi.com- General Manager PLTU Banten 1 Suralaya Operaton and Maintenace Services Unit (OMU), Nugraha Septa Utama Komar menjelasakan, PLTU Banten 1 Suralaya memiliki kapasitas 625 Megawatt (MW) dan sudah beoperasi selama 10 tahun, dibangun tahun 2007 dan muai beroperasi di tahun 2011.

PLTU Banten 1 Suralaya atau PLTU Unit 8 masih berada dalam satu komplek PLTU Suralaya Unit 1-7 dan PLTU Jawa 9-10 yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi.

Nugraha menjelaskan, supply batubara pada PLTU tersebut sebagain besar dari Sumatera dan Kalimantan. Di PLTU Suralaya Unit-8 sendiri memiliki SDM sekitar 250 pegawai. PLTU tersebut dioperasikan oleh PT Indonesia Power (IP) bersama PT Cogindo Daya Bersama.

“Dengan kapasitas tersebut kami melakukan operation and maintenance PLTU ini yang seluruh asetnya dimiliki oleh PT PLN (Persero).Untuk Unit 1-7 itu merupakan milik PT IP, dan Unit-8 dimiliki oleh PLN dan IP sebagai O&M”,jelas Nugraha kepada ruangenergi.com di PLTU Banten 1 Suralaya, Cilegon Banten, Selasa(28/9/21)

GM PLTU Banten 1 Suralaya Nugraha Septa Utama Komar

Dia mengatakan, PLTU Suralaya Unit-8 ini menjadi salah satu ponopang kebutuhan listrik Jawa-Bali sekitar 14 persen dimana PLTU Suralaya Unit 1-7 menyumbang 12 persen dan PLTU Banten 1 Suralaya sebesar 2 persen.

Kondisi Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap kondisi kelistrikan, di mana demand menurun yang disebabkan adanya pemberlakuan kebijakan WFH (Work From Home) terhadap sterhadap sebagain karyawan dan pengurangan penggunaan energi listrik terhadap industry besar, menengah, maupun kecil.

“Adanya covid-19, demand listrik menurun dan berdampak pada pembangkitan. Namun karena pembangkit ini menggunakan energi yang murah yakni batubara, itu tentunya dapat menekan biaya produksi sehingga tidak sampai adanya kenaikan tarif listrik untuk masyarakat,” katanya.

Nugraha menuturkan, abu sisa pembakaran dari batubara (fly ash and bottom ash/ FABA) tersebut dimanfaatkan untuk industri semen dan pembuatan batu paving block. Sehingga bisa berdaya guna dan meningkat kesejahteraan masyarakat sekitar.

Terlebih lagi FABA bukan sebagai limbah bahan berbahaya beracun (B3), sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada 2 Februari 2021.

Terkait program Corporate Social Responsibility (CSR), Manager Administrasi PLTU Suralaya Unit-8, Muarief  Edhi Pambudi mengatakan bahwa, manajemen memberikan bantuan terhadap sekolah-sekolah dan kepada masyarakat sekitar operasional pembangkit.

Selain itu, manajemen juga memberikan Alat Pelindung Diri (APD), hand sanitizer, masker dan lainnya kepada beberapa Puskemas yang ada di wilayah sekitar PLTU Suralaya.

“Kami juga ada program pemberdayaan terhadap para nelayan, pengolahan makanan, dan lainnya,” tuturnya.

Nugraha kembali mengatakan, pihaknya berharap agar pembangkit ini tetap andal dan terus berkontribusi dalam menghasilkan dan menyalurkan energi listrik untuk masyarakat di wilayah Jawa-Bali.

Sementara, untuk para pegawai yang bekerja di lingkungan pembangkit ini, tak henti-hentinya dan tak bosan-bosannya, Nugraha selalu mengingatkan untuk tetap menjalankan Prokes dan menjaga jarak, agar terhindar dari Virus Corona.

“Untuk pegawai yang utama sehat, dan kedua terus bahagia. Ketiga tantangan kedepan akan semakin tinggi dan isu-isu terkait dengan lingkungan akan semakin meningkat, kita terus berupaya untuk bisa bersinergi baik terhadap isu kelistrikan dan isu lingkungan, serta kedepan kita terus berproduksi listrik agar lebih terjangkau,” tutupnya.