Jakarta,ruangenergi.com– Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengatakan dirinya bersyukur program hilirisasi secara nyata sudah terjadi. Termasuk hilirisasi di tambang mineral.
Hilirisasi di tambang nikel bisa menstop ekspor dan membuat smelter untuk Nikel. Lompatan besar terjadi akibat adanya nilai tambah pada nikel.
“Contoh, nikel. Tujuh tahun yang lalu, enam tahun yang lalu ekspor kita kira-kira dari nikel itu hanya 1,1 miliar USD. 2021, 20,9 miliar USD, lompatannya… Nilai tambah lompatannya 19 kali. Nah, ini kalau mulai kita tarik lagi, setop tembaga. Dulu sulit menyuruh Freeport buat smelter, mundur-mundur saja. “Pak, ini diperpanjang, nanti baru kita buat smelter.” Ndak, ndak, ndak, kamu buat smelter, kita perpanjang. Enggak bisa juga, enggak sambung-sambung. Ya sudah kita ambil saja, kita akuisisi saja 51 persen. Setelah dapat 51 persen, mayoritas, buat smelter, baru dibikin di Gresik,” kata Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Auditorium Menara Bank Mega, Kota Administrasi Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Rabu (07/09/2022).
Jokowi bahkan menjelaskan,nanti, Bapak-Ibu akan lihat setelah Gresik beroperasi, operasional 2024, kelihatan berapa nilai tambah dari copper yang sudah lebih dari 50 tahun kita ekspor mentahan, raw material.
“Begitu juga nanti untuk bauksit setop, kira-kira mungkin akan muncul angka-angka di atas 30 miliar USD, entah dari nikel, entah dari copper, entah dari bauksit, saya pastikan itu,” papar Jokowi.
Jadi,lanjut Jokowi, kalau kemarin kita empat tahun yang lalu kita setop nikel… tiga tahun yang lalu kita setop nikel dan kita bangun industrinya di dalam negeri, itu kelihatan mulai tampak hasilnya.
“Nanti tahun ini mungkin setop timah, tahun depan setop bauksit, tahun depannya lagi setop copper/tembaga, ya kan hasilnya kelihatan. Ini sering saya ulang-ulangi,”beber mantan Walikota Solo itu dengan semangat dihadapan para peserta.
Sehingga,urai Jokowi, sekarang ini kelihatan, yang dulu neraca perdagangan kita, misalnya dengan China selalu minus.
“Saya ingat di 2014 itu minus sampai 13 miliar USD minus kita, neraca kita. 2021 kemarin, minusnya sudah menjadi minus 2,4 miliar USD. Tahun ini saya pastikan kita sudah surplus dengan RRT, saya pastikan itu. Karena tadi, raw material yang tidak diekspor mentahan.Dengan Amerika juga sama. Dulu surplus kita di 2012 3,3 (miliar USD), sekarang 14,4 miliar USD. Tapi ini jangan sering disampaikan. Saya kadang-kadang, ya tapi ini terlanjur, ya sudah. Karena bisa-bisa nanti kita dicabut fasilitas kita, GSP kita. Sebetulnya enggak usah didiskusikan masalah ini,” papar Jokowi lagi.