Produksi Belum Capai Target, Pengamat Minta Pertamina dan SKK Migas Serius Urus Blok Mahakam

Jakarta, Ruang Energi.com – Pasca diambil alih Pertamina Hulu Mahakqm dari Total E&P pada Januari 2018 lalu, produksi Blok Mahakamsampai saat ini tidak pernah mencapai target yang ditetapkan pemerintah dan terus mengalami penurunan.
Pertamina menyatakan, bahwa penurunan produksi ini terjadi karena lapangan tersebut sudah tua sedangkan Total E&P sebagai operator lama tidak melakukan investasi dan pengeboran sumur-sumur baru setelah diputuskan tidak lagi mengelola Blok Mahakam. 
Menanggapi hal itu, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan meminta pihak Pertamina maupun SKK Migas untuk memberikan perhatian yang lebih serius terkait hl ini. Karena Blok Mahakam merupakan salah satu backbone produksi migas nasional, sehingga jangan dibiarkan terus mengalami decline. 
“SKK Migas di bawah komando Dwi Sucipto harus lebih aware lagi terkait Blok Mahakam ini. Apalagi Blok Mahakam sendiri diserahkan ke Pertamina saat Dwi Sucipto menjadi Dirut Pertamina. Harusnya beliau paham akan permasalahan Blok Mahakam ini,” ujar Mamit dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jum’at (13/3). 
Ia mengungkapkan,  sepanjang 2019 produksi migas Blok Mahakam jauh di bawah yang ditargetkan yaitu hanya 36.157 BOPD atau 71.1% dari target sebesar 50.400 BOPD. Untuk produksi gas selama 2019 Blok Mahakam hanya mampu  berproduksi sebesar 710 MMscfd dari target sebesar 1.100 MMscfd.
“Begitu besar gap antara produksi dengan target yang ditetapkan. Harusnya Dwi Sucipto selaku Kepala SKK Migas memiliki terobosan baru agar produksi Blok Mahakam bisa meningkat dan bisa langsung mengelaborasi dengan Pertamina langkah-langkah yang akan ditempuh.” tegasnya lagi
Menurut Mamit, saat ini baru memasuki triwulan pertama 2020 sehingga kesempatan untuk mengejar target lifting masih bisa dicapai. “Masih ada waktu untuk meningkatkan produksi Blok Mahakam. SKK Migas harus mengawasi dan memastikan rencana kerja yang diajukan Pertamina Hulu Mahakam dalam Work Plan and Budget (WPNB) bisa berjalan sesuai dengan yang di rencanakan,” tukasnya.
Ia juga menyinggung peran SKK Migas yang lemah dalam menghadapi Chevron terkait dengan proses transisi ke Pertamina yang tidak kunjung selesai. “Pak Dwi Sucipto ini terkesan lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi Chevron Pacific Indonesia (CPI) terkait berlarut-larutnya proses transisi ini,” kata dia.

“Padahal Blok Rokan adalah salah penyumbang lifting migas nasional yang besar. Sebagai mantan Dirut Pertamina saat peralihan Blok Mahakam dari Total ke Pertamina harusnya bisa belajar dan tidak mengulangi kejadian yang sama Blok Mahakam di Blok Rokan” pungkasnya.(RE)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *