Surakarta, Jawa Tengah, ruangenergi.com- Para alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta patut berbangga hati karena Prof. Dr. Ir. Adrian Nur, S.T., M.T resmi dikukuhkan jadi Guru Besar dalam bidang Teknologi Proses Elektrokimia – Rekayasa Elektrokimia pada Fakultas Teknik (FT).
Pengukuhan ini berlangsung khidmat dalam Sidang Terbuka Senat Akademik UNS yang diselenggarakan di Gedung G.P.H. Haryo Mataram Auditorium UNS, Rabu (12/2/2025). Prof. Adrian dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-39 pada FT dan ke-358 UNS.
Dikutip dari portal Universitas Sebelas Maret, dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Peranan Ilmu Rekayasa Elektrokimia dalam Pengembangan Bahan Bakar Hidrogen”, Prof. Adrian memaparkan potensi besar hidrogen sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Adrian menjelaskan bahwa bahan bakar hidrogen, khususnya hidrogen hijau, memiliki peran strategis dalam transisi energi global menuju net-zero emission. Hidrogen hijau, yang dihasilkan melalui elektrolisis air berbasis energi terbarukan, dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sekaligus mengatasi dampak negatif perubahan iklim.
Berbicara mengenai potensi hidrogen dan rekayasa elektrokimia, Prof. Adrian memaparkan bahwa hidrogen memiliki nilai kalor tinggi, laju reaksi cepat, serta kemampuan untuk diintegrasikan dengan berbagai sumber energi terbarukan.
“Hidrogen tidak hanya menjadi solusi untuk sektor transportasi, tetapi juga memiliki aplikasi luas dalam industri, pembangkit listrik, dan rumah tangga,” ungkap Prof. Adrian.
Dalam penelitiannya, beliau juga menggarisbawahi pentingnya rekayasa elektrokimia sebagai tulang punggung teknologi hidrogen. Bidang ini mencakup desain perangkat dan proses energi elektrokimia seperti elektrolisis air, fuel cell, serta penyimpanan hidrogen.
Prof. Adrian telah berhasil menghasilkan inovasi dalam sintesis katalis berbasis logam transisi yang mendukung pelepasan hidrogen dari bahan penyimpan kimia seperti sodium borohidrat. Inovasi ini menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi penyimpanan dan produksi hidrogen.
Selain itu, beliau menyoroti pentingnya transisi menuju teknologi hidrogen hijau di tingkat nasional. Dengan menipisnya cadangan bahan bakar fosil, meningkatnya kebutuhan energi, dan tuntutan untuk mengurangi emisi karbon, hidrogen menjadi pilihan yang menjanjikan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa kebijakan strategis untuk mengembangkan hidrogen hijau mulai tahun 2031. Dengan target peningkatan kapasitas pembangkitan hidrogen dari 328 MW pada tahun 2031 hingga 2035 menjadi 52 GW pada tahun 2051 hingga 2060.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam produksi hidrogen hijau berkat sumber daya alam yang melimpah seperti matahari, angin, air, biomassa, dan geotermal,” ujar Prof. Adrian.
Lebih lanjut, Prof. Adrian juga memaparkan bahwa teknologi fuel cell berbasis hidrogen menawarkan efisiensi tinggi dan footprint karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan teknologi tradisional. Teknologi ini telah diakui secara global sebagai solusi transformatif untuk sektor transportasi, pembangkit listrik, dan berbagai bidang industri.
Perkembangan pesat teknologi hidrogen dan integrasi fuel cell ke dalam strategi nasional di seluruh dunia menunjukkan komitmen global untuk masa depan energi yang berkelanjutan.
Pengukuhan ini menandai komitmen UNS untuk terus mendorong kontribusi akademisi dalam menghadapi tantangan global. Dengan pengalaman dan dedikasinya, Prof. Adrian diharapkan dapat terus berkontribusi dalam pengembangan teknologi energi terbarukan dan mendorong Indonesia menuju kemandirian energi yang berkelanjutan.
Pengukuhan ini juga menjadi komitmen UNS untuk menjadi universitas kelas dunia melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang unggul dan inovatif serta mendukung ketercapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 7 “Energi Bersih dan Terjangkau”.