Program Pemanfaatan BBG untuk Kendaraan, Pertamina Utamakan Keamanan dan Keselamatan

Jakarta, Ruangenergi.com – Subholding Gas Pertamina melalui anak usahanya PT Gagas Energi Indonesia telah menjalankan regulasi pemerintah pada kegiatan pengoperasian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG), Transportasi BBG termasuk program yang sedang berjalan yaitu konversi BBM kendaraan bermotor ke BBG.

Direktur Utama Gagas Muhammad Hardiansyah mengatakan, pihaknya selalu mengutamakan keselamatan dalam mewujudkan diversifikasi BBM ke BBG untuk transportasi. Menurut dia, Gagas secara bertahap melakukan kembali program konversi tersebut termasuk menginisiasi konversi BBM ke BBG untuk kendaraan roda dua, nelayan dan truk logistik.

“Ini merupakan bagian dari upaya meruskan program Pemerintah yang sejak 2013 telah mengkonversi ribuan kendaraan seperti  taksi, angkot, mobil dinas, dan bus di Jakarta, Bogor, Lampung, Batam, Bandung, Purwakarta, Sukabumi, Surabaya, Gresik, Semarang, Balikpapan dan Semarang,” tukasnya.

Lebih jauh ia mengatakan, bahwa Gagas akan terus  berkomitmen untuk memenuhi standar keamanan& keselamatan dalam program pemanfaatan BBG untuk kendaraan. Sehingga sertifikasi dan uji coba rutin dilakukan untuk memastikan bahwa kendaraan BBG aman untuk digunakan.

“Gagas mengelola SPBG-SPBG untuk menyalurkan 11,7 Juta LSP per tahun bagi transportasi. Seluruh SPBG telah mendapatkan izin dari layak operasi dari Kementerian ESDM dan sertifikat inspeksi teknis. Mobile Refueling Unit (MRU) juga telah mendapatkan izin layak operasi dari Kementerian ESDM dan sertifikat inspeksi teknis. Begitu juga dengan Gas Transpordt Module (GTM) dan Pressure Reducing System (PRS) telah mencapatkan sertifikat inspeksi teknis,” papar Hardiansyah.

Gagas, kata dia, juga telah melakukan konversi konversi BBG untuk kendaraan logistik BBM. Termasuk konversi pada 4 heavy truk pengangkut BBM milik  Pertamina Patra Niaga dan Konversi pada 30 Light Truck 10 Feet  milik Gagas.

“Untuk melakukan konversi Gagas telah memenuhi regulasi seperti sertifikat keamanan Tabung CNG, sertifikat Bengkel Workshop, Sertifikat Analisa Kualitas Gas SPBG, dan sertifikat Uji Instalasi Head truck,” ujarnya.

Menurut Hardiansyah, Gagas juga tengah melakukan pilot project konversi BBM ke BBG pada sepedar motor. Adapun sertifikasi yang telah didapatkan adalah seritifikat tabung CNG, sertifikat Bengkel Workshop, dan sertifikat analisa gas SPBG.

“Kami berterima kasih atas dukungan dan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan dalam rangka realisasi program konversi BBG pada kendaraan. Dukungan ini menjadi penyemangat kami untuk terus memastikan bahwa alat penunjang konversi BBG sesuai dengan standar teknis yang berlaku. Tujuannya memberikan rasa kepada pengguna maupun masyarakat umumnya bahwa BBG aman digunakan untuk kendaraan,” jelas Hardiansyah.

“Pengujian tentu dilakukan sesuai denan ketentuan dan standar yang telah ada, Gagas mendapatkan pengesahan hasil uji instalasi sistem pemakaian bahan bakar jenis CNG pada kendaraan bermotor merek UD Trucks Tipe GWEE 3030 6X4T WB4300MM ABS M/T sebagai Kendaraan Khusus,” lanjutnya.

Selain itu, lanjut dia, Gagas telah mengantongi Seritifikat Bengkel Instalasi Sistem Pemakaian Bahan Bakar Gas pada Kendaraan Bermotor, Pengujian dari Kementerian Perindustrian, serta SK Kelayakan Bejana Tekanan dari Kementerian Ketenagakerjaan.

“Sederet sertifikat tersebut membekali Gagas dalam perihal penerapan aspek keamanan terkait teknis dan operasi infrastruktur BBG,” ucapnya.

Hardiansyah juga menekankan bahwa komitmen Gagas sebagai bagian dari PGN Subholding Gas Pertamina untuk ikut berpartisipasi pada roadmap menuju target Net Zero Emission Tahun 2050 adalah melalui 2,8 juta kendaraan berbahan bakar CNG. Hal-hal yang terkait keamanan merupakan hal yang pasti untuk diperhatikan.

“Kita berharap dukungan dari pemerintah dan stakeholder lainnya agar program konversi BBG untuk kendaraan berjalan smooth, agar dapat membantu mengurangi impor BBM dan subsidi energi, serta meningkatkan kualitas lingkungan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, dengan harga BBG hanya Rp. 4500/ LSP akan memberikan penghematan sebesar 55% dibandingkan saat menggunakan BBM, selain itu BBG lebih ramah lingkungan karena  hasil pembakaran berupa CO2 lebih rendah 25%  dan Sox 0%. Oleh karena itu, BBG tepat menjadi energi alternatif di masa transisi ini dan menjadi bagian dari ekosistem untuk mencapai target Net Zero Emission.

Faktor pendukung program konversi diantaranya Disparitas Harga BBM & BBG, pasokan gas, biaya konversi, regulasi, standar & sertifikasi, bengkel, infrastruktur.  Ketersediaan regulasi, ketaatan regulasi beserta monitoring dan evaluasi menjadi faktor utama menjamin keselamatan para pengguna BBG.(SF)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *