Jakarta, Ruangenergi.com – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) mengungkapkan bisnis batubara dalam jangka pendek alias 10 tahun kedepan masih bagus.
Hal tersebut menyusul pernyataan Korea Selatan yang melakukan penghentian pendanaan proyek batubara di Indonesia. Tak hanya Korea, Jepang dan China secara bertahap juga akan melakukan hal yangs sama.
Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia, mengatakan sebenarnya komitmen untuk mengurangi penggunaan batubara bukan hal baru, melainkan sudah sejak lama dilakukan.
“Batubara sebagai energi tidak terbarukan suatu waktu akan habis dan berkurang semakin cepat penggunaannya dengan isu perubahan iklim. Namun tentu akan bertahap,” ungkap Hendra saat dihubungi Ruangenergi.com, (24/04).
Menurutnya dalam jangka pendek bisnis batubara di Indonesia masih menunjukkan propek yang bagus.
“Apa Korsel sudah menghentikan sama sekali investasi di batubara di tahun ini? bagaimana dengan China dan Jepang, mereka sejak kapan akan menghentikan?. Menurut saya dalam jangka pendek belum terdampak, baik Korsel, Jepang apalagi China kelistrikan mereka masih sebagian besar tergantung Batubara,” tutur Hendra.
Ia menjelaskan, Korsel sejak beberapa tahun lalu sudah mulai mengurangi penggunaan terhadap ketergantungan batubara. Akan tetapi tidak ujug-ujug langsung berhenti menggunakan batubara melainkan secara bertahap dilakukan.
“Kalau Korsel ya memang sejak beberapa tahun terakhir sudah mulai mengurangi ketergantungan terhadap batubara dan tentu akan semakin berkurang kedepannya. Dalam jangka menengah dan panjang baru akan terdampak karena mereka mengurangi ketergantungan terhadap batubara juga secara bertahap,” paparnya.
Nasib Batubara di Indonesia
Hendra kembali mengungkapkan, bisnis batubara di dalam negeri dalam jangka pendek masih cukup bagus. Terlebih lagi Tiongkok memiliki target produksi batubara sebesar 4 miliar per ton.
“Nasib batubara Indonesia dalam jangka pendek masih cukup prospektif. Kan Tiongkok juga peak batubara di 2030 (masih ada 9 tahun) dan bertahap mengurangi, bukan menghapus sama sekali. Tiongkok produksi batubara itu 4 miliar ton. Jadi dalam jangka pendek ya tentu masih prospektif,” bebernya.
“China juga di 2020 membangun 20 GW PLTU meskipun mereka sudah pledge by 2060 Carbon Neutral, jadi tidak mudah juga mereka begitu cepat meninggalkan batubara sama dengan Jepang. Kan mereka nuklirnya masih belum digunakan. Jadi sekali lagi, untuk jangka pendek 10 tahun kedepan prospek masih bagus, setelah itu tentu mulai berkurang, tapi bertahap,” tandasnya.