Pulau Timor, NTT Disasar untuk Pembangunan Proyek PLT Biomassa

Glasgow, ruangenergi – Wakil Ketua Komite Tetap Ketenagalistrikan KADIN Indonesia, Jaya Wahono membahas rencana Indonesia membangun PLTBiomassa berbasis masyarakat di pulau Timor, NTT dalam gelaran Forum Restorasi Lahan dan Hutan dunia (Global Landscape Forum/GLF) di Glasgow. Forum ini merupakan bagian dari COP26 yang memfokuskan pembahasan pada restorasi lahan2 kritis dan pelestarian hutan.

“PLTBm Timor nantinya mempunyai karakteristik unik dengan mengedepankan partisipasi masyarakat lokal sebagai produsen biomassa kepada pembangkit dengan standar tata lingkungan yang ketat” kata Jaya dalam keterangannya yang diterima pada Selasa waktu Indonesia (9/11/2021).

Dia menuturkan, pengembang dari PLTBm Timor ini adalah PT Charta Putra Indonesia (Clean Power Indonesia/CPI), yaitu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa (PLTBm) di daerah-daerah terdepan terpencil dan tertinggal (3T).

Seperti diketahui, CPI sendiri telah melakukan penandatanganan kesepahaman dengan perusahaan energi terintegrasi PT TBS Energi Utama Tbk (TBS) untuk mewujudkan Pulau Timor, NTT sebagai pulau Energi Terbarukan dengan membangun PLTBm tersebar berbasis masyarakat pada ajang COP26 Glasgow beberapa waktu lalu.

Sesi di GLF Climate, Glasgow menampilkan pembicara dari berbagai negara yaitu Neville Kemp, Direktur Ekologika yang mempunyai pengalaman panjang dalam mendesain standar tata lingkungan di proyek2 restorasi lahan di Indonesia, Thrin Thang Long dari organisasi bambu dunia yang berbasis di Beijing, China (INBAR), Mihyun Seol dari organisasi penelitian hutan dan tata guna lahan Korea (NIFOS) serta dimoderatori oleh Michael Bradley, peneliti senior di organisasi penelitian kehutanan dunia (CIFOR) yang berpusat di Bogor, Indonesia. Sebagai pembicara kunci, diskusi ini juga menampilkan Dirjen Perencanaan Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementrian LHK, Ruandha Agung Sugardiman.

Jaya menuturkan, pengembangan PLTBm berbasis masyarakat ini selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal juga akan dapat membantu pemerintah dalam menciptakan nilai ekonomi dari program restorasi lahan-lahan kritis dan marginal di daerah-daerah 3T.

“Kami akan terus melakukan inovasi dalam pembangunan PLTBm berbasis masyarakat di Indonesia termasuk secara hybrid dengan tenaga surya, batere serta pembangkit listrik tenaga sampah skala-skala kecil. Model ini kemudian akan dikembangkan dalam konteks kelistrikan pulau (Island Electrification). Hal ini untuk memberikan sebuah model pembangkit listrik dalam ekosistem mikro/minigrid sebagai pengganti PLTD bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.” tutup Jaya Wahono.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *