Jakarta, ruangenergi.com – Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendukung transisi energi global dan upaya dekarbonisasi dengan menargetkan pencapaian Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Di sektor energi, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 708 GW, terdiri dari:
-
Tenaga Surya: 421 GW
-
Tenaga Angin: 94 GW
-
Tenaga Air: 72 GW
-
Bioenergi: 60 GW
-
Tenaga Nuklir: 31 GW
-
Tenaga Panas Bumi: 22 GW
-
Energi Laut: 8 GW
Hingga semester pertama 2024, total kapasitas pembangkit listrik Indonesia mencapai 93 GW. Namun, 85% (79,7 GW) masih berasal dari energi fosil seperti batu bara, gas, dan diesel. Sisanya, hanya 15% (13,71 GW) berasal dari pembangkit EBT. Artinya, percepatan transisi energi menjadi sangat penting untuk mencapai target 2060.
Tantangan: SDM Kompeten untuk Energi Masa Depan
Percepatan pengembangan EBT membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Seiring berkembangnya teknologi, muncul berbagai kebutuhan baru dalam rantai nilai industri energi terbarukan—mulai dari pengembangan proyek, konstruksi, hingga operasional.
Kebutuhan kompetensi yang diperlukan meliputi:
-
Teknologi digital
-
Sistem penyimpanan energi (BESS)
-
Smart grid
-
Analisis finansial & investasi proyek
-
Manajemen dampak sosial
-
Produksi teknologi energi terbarukan lokal guna mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Masih Minimnya Pendidikan Formal Energi Terbarukan
Sayangnya, program studi khusus energi terbarukan masih terbatas. Pada tahun ajaran 2022/2023:
-
Hanya 43 SMK memiliki program studi Teknik Energi Terbarukan
-
Dari 22 perguruan tinggi yang mempelajari EBT, hanya 10 institusi yang menyediakan program studi khusus (D4, S1, atau S2)
-
Sisanya memasukkan energi terbarukan sebagai mata kuliah atau bahan ajar
-
Beberapa institusi juga menerapkan tambahan 1 tahun spesialisasi untuk program D3
Pelatihan-pelatihan energi terbarukan juga dilakukan oleh berbagai pusat pelatihan di bawah Kementerian ESDM, Kementerian Pendidikan, Kementerian Ketenagakerjaan, universitas, dan pihak swasta.
PKET: Inisiatif Industri untuk SDM Energi Terbarukan
Untuk menjawab tantangan penyediaan tenaga kerja kompeten, industri meluncurkan Pusat Keterampilan Energi Terbarukan (PKET) pada 2024. Visi PKET adalah menjadi “Center of Excellence” untuk pengembangan keterampilan SDM sektor energi terbarukan.
Misi dan Peran PKET:
-
Mendorong sinergi antara pemerintah, industri, pendidikan, lembaga riset, dan mitra pembangunan.
-
Menyusun kerangka kerja standar, kurikulum, metodologi, serta penjaminan mutu pendidikan dan pelatihan.
-
Memberikan evaluasi dan rekomendasi kebijakan pengembangan SDM sektor EBT.
Kolaborasi Pendidikan dan Industri
PKET menggagas kerja sama strategis melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan berbagai asosiasi dan institusi pendidikan. Kolaborasi ini bertujuan mempersempit kesenjangan antara penyedia tenaga kerja dan kebutuhan industri, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Program kerja sama meliputi:
-
Penyusunan kurikulum bersama sesuai kebutuhan industri
-
Magang, kelas industri, dan pembelajaran berbasis proyek
-
Program “Praktisi Mengajar” & pelatihan pelatih industri (In-Company Trainer Training)
-
Penelitian aplikatif dan pengabdian masyarakat berbasis proyek energi terbarukan
-
Fasilitasi pelatihan dan sertifikasi
Ke depan, PKET juga akan secara berkala memetakan kebutuhan SDM, memperbarui peta okupasi, dan aktif dalam perumusan kebijakan dan strategi nasional terkait SDM energi terbarukan.
Dengan pendekatan berbasis permintaan industri (demand-driven), PKET optimis dapat menjadi mitra strategis utama dalam mendukung transisi energi Indonesia menuju Net Zero Emission.