Jakarta, Ruangenergi.xom – Pengamat Energi dari ReforMiner Institut, Komaidi Notonegoro menilai, bahwa asumsi yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraan di Gedung Parleman RI, Senin (16/8/2021) cukup moderat. Di mana ICP yang ditetapkan mengakomodasi perkembangan terbaru.
“Untuk asumsi sektor energi saya kiira cukup moderat. Dan ICP yang ditetapkan mengakomodasi perkembangan terbaru. Di mana saat ini sudah di kisaran 70 USD/barel,” kata Komaidi kepada Ruangenergi.com di Jakarta, Senin (16/8/2021).
Namun untuk lifting minyak, menurut dia masih perlu menjadi perhatian. Pasalnya, Indonesia sudah mentapkanĀ angka 1 juta barel pada 2030.
“Saya kira yang perlu menjadi perhatian adalah soal lifting, tetapi target dan realisasi lifitingnya terpantau terus menurun. Padahal ini lkunci untuk pemerimaan dari sektor minyak,” paparnya.
“Padahal jika lifiting bisa naik akan bangak hal yang menjadi lebih baik, termasuk neraca dagang juga akan lebi baik. Dab dampaknya rupiah akan lebih stabil,” tutup Komaidi.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa harga ICP tahun depan diperkirakan akan berkisar pada 63 US Dollar per barel. Sedangkan Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 703.000 barel dan 1.036.000 barel setara minyak per hari.
“Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 703.000 barel dan 1.036.000 barel setara minyak per hari,” ungkap Presiden Jokowi.
Tingkat pertumbuhan ekonomi ini juga menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural.
Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
“Inflasi akan tetap terjaga pada tingkat 3 persen, menggambarkan kenaikan sisi permintaan, baik karena pemulihan ekonomi maupun perbaikan daya beli masyarakat,” ujarnya.
Presiden juga mengatakan, bahwa Inflasi nasional akan tetap terjaga pada tingkat 3%, menggambarkan kenaikan sisi permintaan, baik karena pemulihan ekonomi maupun perbaikan daya beli masyarakat.
“Rupiah juga diperkirakan bergerak pada kisaran Rp 14.350 per US Dollar, dan suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diperkirakan sekitar 6,82 persen, dan mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan pengaruh dinamika global,” pungkasnya.(SF)