Jakarta,Ruangenergi.com-Selama 75 tahun PLN hadir menerangi Negeri, PLN senantiasa diharapkan dapat
turut serta memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. Selama hadir dalam kurun waktu tersebut PLN juga melakukan upaya beradaptasi dari masa ke masa.
Dalam dokumen RUPTL 2021-2030 yang diterima Ruangenergi.com, menuliskan bahwa perubahan itu tercatat dalam perjalanan PLN memberikan layanan ketenagalistrikan kepada masyarakat di seluruh penjuru negeri. Tiap masa memiliki cerita dan jalannya sendiri. Ada periode di ketika teknologi pembangkit fosil adalah solusi terbaik sesuai konteks pada waktu tertentu.
Ada masa sebuah pembangkit berbasis BBM solar bermesin diesel adalah jawaban yang tepat. Setiap zaman mempunyai pilihan yang terbaik pada masanya. Setiap teknologi mempunyai zaman. Dan setiap teknologi, memiliki cerita yang berbeda-beda. Pentingnya pembangunan infrastruktur tak hanya untuk pemerataan ekonomi dan pertumbuhan, namun juga mendorong peningkatan daya saing Indonesia baik di tingkat regional maupun global. PLN juga diharapkan mampu mewujudkan dan mendukung adanya energi berkeadilan yang merupakan program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk
menyediakan energi (available) dengan harga terjangkau (affordable) bagi seluruh rakyat Indonesia secara berkeadilan dan merata.
Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan teknologi EBT (Energi Baru dan Terbarukan), di antaranya adalah mengurangi pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak) dan meningkatkan bauran energi EBT pada tahun 2025 hingga mencapai 23%, sehingga pengembangan EBT menjadi
salah satu fokus utama PLN.
Terdapat 3 langkah terobosan yang diambil untuk meningkatkan penggunaan Energi Baru dan Terbarukan, yaitu melalui program Transformasi Green, yaitu:
1. Implementasi RJP 2020-2024,
2. Launch Green Booster,
3. Launch Large Scale Renewable.
Dalam rangka mengurangi pemakaian BBM yang berbasis impor di sektor pembangkit maka pemanfaatan pembangkit PLTD akan terus dikurangi secara bertahap. Saat ini pemakaian BBM untuk PLTD pada tahun 2019 mencapai 2,16 juta kL. Merupakan upaya bersama dalam mengurangi pemanfaatan BBM
tersebut, dengan menggantikan pemanfaatan energy yang ramah lingkungan dan kompetitif untuk Perusahaan.
Hal tersebut sejalan dengan rencana transisi energi yang kini sedang didorong untuk mengurangi ketergantungan penggunaan energi fosil dan digantikan dengan pembangkit EBT.
Sampai dengan Semester I tahun 2020 total pembangkit EBT yang beroperasi sebesar sebesar 7.982 MW atau 12,7% dari total kapasitas pembangkit 62.832 MW.
Pembangkit EBT tersebut terdiri dari PLTA 4.707 MW, PLTM 444 MW, PLTP 2.443 MW, PLTS 79 MW, PLTB 131 MW dan PLTBio/Sa 178 MW, dengan pencapaian bauran energi EBT sebesar 14,02%.
Untuk mencapai target bauran energi dari EBT sebesar 23% pada tahun 2025,
diantaranya akan dilakukan pengembangan pembangkit EBT melalui konversi
pembangkit PLTD ke pembangkit EBT.
Sebagai upaya pencapaian target bauran energi EBT sebesar 23% pada 2025, Program Konversi PLTD ke EBT menjadi salah satu inisiatif unggulan yang mampu mengurangi pemakaian BBM impor dan meningkatkan efisiensi pembangkit terutama di daerah isolated. Pembangkit berbahan bakar BBM akan digantikan dengan pembangkit EBT dan teknologi EBT yang akan digunakan menyesuaikan potensi energi setempat. Penggunaan potensi energi setempat diprediksi akan memangkas bukan hanya waktu dan tenaga, tapi juga biaya yang diperlukan untuk mengangkut bahan bakar menuju lokasi pembangkit.