Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Direktur Utama PT Pertamina New & Renewable Energy (NRE), John Anis, memaparkan capaian dan arah strategis perusahaan dalam mendorong transisi energi nasional di hadapan Komisi XII DPR RI, Senin (17/11). Dalam paparannya, John menegaskan peran Pertamina NRE sebagai salah satu pilar utama Pertamina Group dalam mewujudkan energi hijau dan ekonomi hijau di Indonesia.
Pertamina NRE saat ini telah mencatat kapasitas terpasang 3,1 gigawatt, yang berasal dari berbagai jenis pembangkit energi bersih. Di antaranya; Gas to Power Jawa Satu Power (JSP) sebesar 1.772 MW, fasilitas listrik berbasis gas dengan konfigurasi single shaft terbesar di Asia Tenggara, dilengkapi unit regasifikasi berkapasitas 400 MMSCFD.
Geotermal pada 15 wilayah kerja dengan kapasitas 727 MW. Solar PV mencapai 584 MW, meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya. Biogas di Sumatera Utara sebesar 2,4 MW. Carbon credit trading setara 864 kiloton CO₂e.
Seiring meningkatnya kapasitas terpasang, produksi listrik Pertamina NRE ikut melonjak menjadi 8.411 GWh, tumbuh 22 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Bisnis kami tumbuh positif, didukung peningkatan kapasitas dan pengembangan proyek bernilai strategis,” ujar John.
Ekspansi Regional: Akuisisi di Filipina
Dalam upaya memperkuat portofolio dan menarik investasi global, Pertamina NRE juga mulai berekspansi ke pasar internasional. Perusahaan telah mengakuisisi 20 persen saham perusahaan energi di Filipina senilai USD 118 juta.
Saat ini, aset terpasang di negara tersebut mencapai 526 MW dan ditargetkan meningkat menjadi 800 MW – 1 GW tahun ini, serta mencapai 2,4 GW pada tahun 2026 melalui program penambahan 1 GW per tahun selama lima tahun.
PGE IPO Disambut Baik, Lumut Balai 2 COD
John turut menyampaikan kabar baik terkait: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) internal–eksternal Pertamina NRE yang kini mencapai 58 MW dan tersebar di seluruh Indonesia.
Pembangkit Geotermal Lumut Balai 2 berkapasitas 55 MW yang resmi beroperasi (COD) pada pertengahan 2025. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang mendapat respons positif dari pasar dan memperkuat portofolio hijau Pertamina.
Pemimpin Pasar di Perdagangan Karbon
Pertamina NRE juga mengukuhkan diri sebagai pemain terbesar di pasar karbon domestik.
“Sebanyak 54 persen carbon trading di IDX berasal dari kami, dan 90 persen sertifikat terbaru kami sudah terjual,” ungkap John, yang menilai tingginya permintaan menunjukkan cerahnya masa depan pasar karbon di Indonesia.
John memaparkan, Pertamina NRE bersama Mind ID, Antam, Inalum, dan PLN memiliki kepemilikan saham di Indonesia Battery Corporation (IBC). IBC bekerja sama dengan CATL/CPL dan telah melakukan groundbreaking produksi baterai CV5 Dragon, yang menjadi tonggak penting pengembangan industri baterai nasional.
Pada kesempatan yang sama, John menyoroti salah satu program strategis yang tengah berjalan: Bioethanol Multi Feedstock. Program ini menggunakan beragam bahan baku seperti: Aren. Tebu. Singkong, dan Limbah pertanian (2G bioethanol)
Jenis bioetanol generasi kedua (2G) mendapat perhatian khusus karena berbahan baku limbah sehingga tidak bersaing dengan kebutuhan pangan. Pertamina NRE bekerja sama dengan Toyota untuk pengembangan teknologi 2G ini.
Pertamina NRE juga mendukung dua program prioritas nasional seperti 100 GW Listrik Pedesaan untuk memperluas akses energi bersih di wilayah terpencil. Proyek Waste-to-Energy, yang tidak hanya menghasilkan energi hijau tetapi juga mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan di berbagai daerah.
“Terima kasih atas dukungan Komisi VII DPR. Kami berkomitmen terus memperkuat peran Pertamina NRE sebagai motor transisi energi nasional,” tutup John Anis.
Dengan berbagai pencapaian dan ekspansi strategis tersebut, Pertamina NRE semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu pemain kunci dalam upaya Indonesia menuju masa depan energi hijau dan berkelanjutan.












